Si Kembar Kolibari dan Kezimara

Foto dipos oleh Oe Din pada Site Paragliding Kezimara.


Kabupaten Ende yang terletak tepat di tengah Pulau Flores (ditandai dengan Floresweg Geopend), Provinsi Nusa Tenggara Timur, menyuguhkan berjuta pesona wisata yang sulit untuk diabaikan. Sebut saja Danau Kelimutu, Pantai Penggajawa, hingga Pantai Anabhara. Tidak hanya itu, begitu banyak potensi wisata tersembunyi yang siap ditambang, dikembangkan, dan diperkenalkan kepada khalayak. Salah satunya si kembar Kolibari dan Kezimara

Baca Juga : Rock'N'Rain Sepanjang Ende Menuju Wolowaru

Pada Timur garis luar Kota Ende terpeta satu wilayah adat bernama Wilayah Kampung Adat Kolibari yang membawahi dua kampung adat yaitu Kampung Kolibari (daerah bukit) dan Kampung Aeba'i (daerah pantai). Uniknya, meskipun secara administratif kedua kampung adat ini bagian dari Kecamatan Ende Utara namun beda kelurahan; Kampung Kolibari bagian dari Kelurahan Roworena Barat sedangkan Kampung Aeba'i bagian dari Kelurahan Kotaratu. Ini sih namanya asam di gunung garam di laut ketemu dalam satu wilayah adat kan yaaaa.


Menulis tentang wilayah adat tentu berkaitan dengan mosalaki (ketua/pemimpin adat). Bapak Muhamad Bilal adalah Mosalaki Pu'u (mosalaki utama) Wilayah Kampung Adat Kolibari. Tubumusu (tugu batu yang biasanya berada di tengah kampung adat dan merupakan benda sakral) berdiri di depan rumah (alm.) Bapak Djafar Dura, berikut saung adat yang merupakan ikon rumah adat di sana. Saung adat ini memang tidak dibangun utuh dengan dinding tetapi pada bagian lotengnya tersimpan beberapa barang yang bersentuhan erat dengan ritus-ritus adatnya. Informasi ini saya peroleh dari Sampeth Rua, anak dari Bapak Djafar Dura, yang juga dikenal sebagai Ketua Karang Taruna Kelurahan Roworena Barat, Ketua Remaja Masjid Nurul Sama'a Kolibari, dan pengelola Site Paragliding Kezimara.


Mari kita kenali si kembar ini ...

KOLIBARI


Untuk mencapai Bukit Kolibari atau sering disebut Kolibari, bisa dari mana saja kalian berada sepanjang itu masih di Kota Ende. Mudahnya: bertolak dari Titik Nol di Lapangan Pancasila menuju arah Barat yaitu Jalan Mahoni hingga tiba di cabang menuju Woloare. Ikuti jalur menuju Woloare (yang juga dikenal jalur menuju Nuabosi) hingga bertemu papan nama besar SMAN 2 Ende di sisi kiri. Ikuti jalan rabat dari SMAN 2 Ende hingga bertemu cabang terakhir, belok kiri dan terus menuju puncak Bukit Kolibari. Dalam perjalanan ini, sekitar limapuluh meter sebelum puncak Bukit Kolibari, kalian akan menemukan sebuah gereja di daerah Wolokaro.

Sebelum tiba di puncak Bukit Kolibari tempat Kampung Kolibari berada, kalian lebih dulu bertemu pemandangan lanskap Kota Ende yang membentang dari ujung Timur ke ujung Barat. Pulau Koa dan Pulau Ende bisa dilihat dari bukit ini. Saya menamakan bukit ini sebagai Bukit Pandang Kolibari yang diketawain sama Deni Wolo dan Gaudino. Hahaha. Dulunya oleh Sampeth dan kawan-kawan dibangun sebuah saung sederhana tempat orang-orang beristirahat sambil menikmati pemandangan lanskap Kota Ende serta sunset yang menawan. Saya sekeluarga Pharmantara bahkan pernah piknik di situ. Yuhuuuu, disuguhi aneka makanan dan es kelapa muda oleh penduduk setempat itu pasti bikin iri semua orang.


Bukit Pandang Kolibari ini merupakan salah satu potensi wisata yang patut diperkenalkan kepada khalayak. Pemandangan yang disajikan sungguh memukau dan bikin mata sepet jadi berbinar. Tunggu saja sampai malam tahun baru tiba. Kalian akan disuguhi pemandangan teratai api dari kembang api di Kota Ende dan sekitarnya. Jadi, kalau mau tahun baruan, ke Bukit Pandang Kolibari saja, tidak perlu ikut menyalakan kembang api, tapi dapat menikmati sensasi keindahannya dari ketinggian.

Kampung Kolibari yang dihuni oleh masyarakat adat (fai fazu ana azo) ini berasal dari Suku Ende dan pemeluk dua agama yaitu Islam dan Katolik. Umat Muslim dapat beribadah di Masjid Nurul Sama'a tepat di Kampung Kolibari sedangkan Umat Nasrani dapat beribadah di gereja yang berada di Wolokaro. Seperti rata-rata kehidupan umat beragama di Provinsi NTT yang harmonis, demikian pula adanya kondisi di Kampung Kolibari. Bahkan Sampeth yang jago ngegitar itu sering mengiringi paduan suara/koor di gereja meskipun dirinya seorang Muslim. Ini seksi sekali, menurut saya, karena tidak peduli dengan isu terutama agama yang menggucang Indonesia, kita di NTT justru semakin baku sayang dalam perbedaan. Harmony in diversity.

Baca Juga: Nggela Bangkit dan Membangun Kembali

Rata-rata mata pencaharian masyarakat Kampung Kolibari sama dengan wilayah lain di Indonesia. Ada yang menjadi petani kebun, ada yang beternak ayam, ada tukang kayu, ada yang menjadi guru, ada ASN, ada juga yang bekerja di kantor-kantor BUMN dan swasta. Namun sebagian besar kaum perempuan adalah penenun. Oleh karena itu terdapat tiga kelompok penenun di Kampung Kolibari yang punya kegiatan menenum bersama setiap Rabu. Mungkin sekarang jadwalnya sudah berubah. Mereka masih menggunakan peralatan tenun tradisional sederhana untuk menghasilkan lembaran-lembaran tenun ikat yang memikat. Saya sendiri pernah diberi hadiah sarung berjenis Mangga dengan ukuran lebih besar dari umumnya, secara tubuh ini butuh obat pelangsing. Hihi. Special order!


Selain menenun, kaum perempuan juga membantu suami mereka dengan turun ke kebun. Kolibari dikepung kebun-kebun warga yang ditanami ubi kuning, pisang, cokelat, dan kelapa. Kalau kalian membaca kisah Si Petualang Labil dari Kupang ini, kalian bisa membaca ceritanya tentang suguhan keluarga Sampeth seperti kopi khas Ende, air kelapa, ubi, pisang, sambal, ikan, sampai ayam panggang yang bikin lambung menyerah! Ini sih gara-gara si Sampeth yang katanya demi menyambut tamu, ayam yang sedang bertengger di atap pun ditangkap. Haha. 

Perekonomian masyarakat yang ramah dan rendah hati di Kampung Kolibari - puncak Bukit Kolibari ini kemudian semakin menggeliat ketika bukit tetangga yang saya sebut bukit kembarnya yang bernama Kezimara itu dilirik dan kemudian dijadikan sebagai spot paragliding pertama di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

KEZIMARA


Bukit Kezimara atau disebut Kezimara, dulunya beberapa orang menyebut Kelimara (termasuk saya), berdiri gagah di samping Kolibari. Sebelumnya tidak ada seorang pun melirik bukit ini. Hanya dijadikan kebun warga saja. Adalah Johanes M. Bunyu, putera Ende yang bergelut dengan olah raga paramotor dan paragliding, secara tidak sengaja menemukan fakta bahwa puncak Kezimara merupakan spot terbaik untuk paragliding di Kota Ende. Padahal beliau sudah lelah juga mengobservasi, sejak tahun 2009, untuk mencari lokasi yang cocok untuk olah raga ini.

Om John, demikian saya memanggilnya padahal biasanya memanggil Kakak haha, kemudian pergi ke Kolibari dan bertemu masyarakat adatnya. Banyak hal yang mereka bicarakan. Banyak waktu yang dilewati sejak 2015 hingga kini. Banyak pula rintangan yang harus dihadapi baik oleh Om John sendiri maupun oleh Sampeth dan keluarga sebagai pihak yang mempertemukan. Tiga tahun kemudian Site Paragliding Kezimara mulai beroperasi dengan terbang perdana oleh Om John dan Pak Jaki Para serta terbang tandem dengan beberapa tokoh yang turut datang ke sana. Site Paragliding Kezimara merupakan site paragliding pertama di Provinsi NTT.

Prosesnya bisa kalian lihat pada gambar-gambar di bawah ini; bagaimana masyarakat menyambut baik rencana yang dapat memajukan daerah mereka dan bergotong-royong membangun fasilitas. Gambar-gambar ini diperoleh dari Sampeth dan/atau yang dipos oleh pengunjung di laman Facebook Site Paragliding Kezimara:







Melihat gambar ini, jadi pengen terbang lagi. Haha. Dulu sekalinya terbang paralayang di Puncak Bogor.

Tapi ledakan nama Kezimara bukan karena menjadi site paragliding saja, melainkan karena pemandangan spektakuler dari puncaknya. Kalian boleh saja terpana dengan pemandangan lanskap Kota Ende dari Bukit Pandang Kolibari, tapi kalian bakal pingsan-dan-bangkit-lagi ketika berada di puncak Bukit Kezimara! 






See? Bagaimana tidak terjadi ledakan pengunjung? Lihat saja, bagi yang datang sore bisa menikmati sunset, yang datang malam bisa menikmati Kota Ende yang gemerlap dari ketinggian, yang bermalam atau camping bisa menikmati sunrise. Bagi yang hendak camping harus lapor dulu sama pengelola yang bisa ditemui di Kampung Kolibari tepatnya di depan saung adatnya. Pak Heru Sutaban, salah seorang anggota Polri adalah salah seorang pengunjung yang paling rajin berkemah di puncak Kezimara bersama anak-anaknya. Melihat foto beliau shalat bersama putera-puterinya itu bikin adem banget. Silahkan baca yang satu ini untuk tahu Relive Trip to Kezimara/Kolibari Ende.

Baca Juga: Pemburu Sunset; Dermaga Perikanan Ende

Meskipun Site Paragliding Kezimara belum resmi beroperasi, baru dilakukan uji coba terbang serta penjualan kaos, tapi perubahan demi perubahan terjadi di Kampung Kolibari sebagai kampung penyangganya. Perubahan itu antara lain: kaum perempuan dapat memperoleh lebih banyak Rupiah lewat berjualan sekitar Kampung Kolibari hingga di puncak Kezimara, tenun ikat hasil karya kaum ibu mulai lebih banyak yang dibeli, kelapa-kelapa muda pun laku keras, kaum remaja yang mengelola parkiran dan mengantar pengunjung ke puncak Kezimara, anak-anak / bocah yang mulai diperkenalkan dengan bahasa Inggris. Untuk poin terakhir, Sampeth meminta bantuan sahabat kami yaitu Cahyadi si Sarjana Sastra (Inggris) sebagai mentornya.

Tapi, sepopulernya Kezimara kini, tidak dapat lepas dari Kolibari sebagai kampung penyangganya. Oleh karena itu saya menulis mereka 'kembar' hehe.

Tahukah kalian? Jauh sebelum Kezimara populer saya dan teman-teman Backpacker feat Zigizeo sudah lebih dulu mengeksplornya. Silahkan dilihat pada video di bawah ini. Video ini dibuat oleh Martozzo Hann dari Zigizeo dengan saya sebagai host dari Backpacker.



***

Bagi saya, exotic-nya suatu wilayah atau tempat atau lokasi bukan saja dari kisah maupun foto-foto indah yang dipamerkan, melainkan dari akar bagaimana tempat wisata itu diperjuangkan untuk dikelola dan kemudian dikenal khalayak.

Mari ke Ende!


#Exotic_NTT 
#lombablog_exoticNTT
#lombavlog_exoticNTT
#destinasiwisata_NTT
#NewTourismTeritory
#Dispar_NTT
#GenPI_NTT
#Visit_NTT




Cheers!

Komentar

  1. Keren sekali itu kalimat terakhirnya. Semoga aku pun begitu, bukan fokus di foto2 bagus tapi kisah perjuangan yg ada di baliknya.
    Terima kasih sudah berbagi, kak tuteh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap sama-sama Kakak Uphiet hehehe. Senangnya kalau bisa menggali informasi sejak awal, jadi kelak bisa bikin postingan lanjutannya :D

      Hapus
  2. Sukses ine, kyknya sdh bbrp paket wisata yg bs dikemas nih :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah terimakasih Om .. sukses juga untuk Om :D

      Hapus
  3. Salut dengan kerukunan umat beragama di sana....
    Perlu sekali kami ksana utk studi banding nih... dan di terapkan di daerah kami

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari Mas Aris ke sini hehehe. Nanti saya poskan satu artikel tentang kerukunan hidup antar umat beragama ya :)

      Hapus
  4. Semoga ada pimpinan daerah yang memahami kebutuhan dan potensi daerah dan mengembangkan nya untuk kemakmuran rakyatnya.

    Jangan sampai terjadi kesenjangan ekonomi sprti yg trjdi di ujung timur nusantara.

    Semoga juga pembangunan manusia jg seiring sejalan, spy mental manusia2 ny itu giat bekerja dan kreatif membangun daerahnya bukan jadi maling di tanahnya sendiri.

    #majuterusflores

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih, Kakak :) hehehe semoga terwujud pembangunan yang merata disertai dengan SDM yang mumpuni.

      Hapus
  5. Indonesia punya banyak tempat wisata yang keren dan patut untuk dikenalkan di dunia

    BalasHapus
  6. Ini seksi sekali menurut saya ....

    Istilah kalimat diatas yang ada di post diatas tentang Sampeth pemuda muslim yang mengiringi gitar di paduan suara gereja ..., menurutku itu ..., Sangat Keren sekali, kak.
    Aku sependapat penggunaan kata 'seksi' itu ..., lebih kekinian dan lebih dekat dengan gaya bahasa khas anak muda 👍

    BalasHapus
  7. AJO_QQ poker
    kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
    Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
    di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
    - play aduQ
    - bandar poker
    - play bandarQ
    - capsa sunsun
    - play domino
    - play poker
    - sakong
    di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
    Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
    withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
    menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
    Permanent (acak) | pin bb : 58cd292c "

    BalasHapus
  8. Sangat menarik klu adik juga menulis sejarah keberadaan atau asal usul serta budaya / tradisi masyarakat di kozibari dan wozokaro utk disuguhkan kpd para pengunjung...

    BalasHapus

Posting Komentar

Untuk pertanyaan penting dengan respon cepat, silahkan hubungi nomor WA 085239014948 (Chat Only!)