Lihat warna danaunya!
Sudah
pernahkah Anda mendatangi
Danau Kelimutu? Kalau sudah pernah, Alhamdulillah. Kalau belum pernah,
pergi
lah. Kalau Anda terlalu jauh dari Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu,
Kabupaten
Ende, Pulau Flores, Propinsi NTT, maka menabunglah yang rajin. Kalau
sudah
cukup duitnya, silahkan laksanakan niat Anda. Ya, #VisitFlores. Di
Flores,
selain Taman Nasional Komodo, ada Taman Nasional Kelimutu. Sedangkan
kalau mau tahu Taman Nasional apa saja yang ada di NTT, ini nih bocoran
dari bang Apo : Taman Nasional Komodo di Manggarai Barat, Taman Nasional
Kelimutu di Ende, Taman Nasional Laiwangi Wanggameti di Sumba Timur,
Taman Nasional Manupeu Tanadaru di Sumba Barat dan SBD.
Sepanjang tahun 2012 ini saya
sudah beberapa kali pergi ke Danau Kelimutu. Diantaranya bersama bang Teknobolang dan wisata bersama
teman-teman Flobamora Community. Selalu
ada ketertarikan batiniah untuk kembali ke tempat itu. Saat Lebaran kemarin,
saya di-BBM sama bang Apo Tupen, menunjukkan warna salah satu danaunya. Dan saya
histeris. Danau itu, danau yang bernama Koo Fai Nuamuri (Tiwu Koo Fai Nuamuri), berubah! Pada
Februari dan April kemarin saat pergi ke sana warnanya hijau tosca featuring
warna kuning terang. Saat ditunjukin sama bang Apo itu warnanya mulai
kesusu-susuan. Aih! Wajib pergi!
We are free!
Maka saya mengirimkan sms ke
teman-teman yang bersedia pergi ke Danau Kelimutu bersama-sama, nge-bike. Yep,
Lebaran ketiga kita pergi ke Danau Kelimutu untuk menyaksikan sendiri warna
yang berubah itu. Siapa-siapa saja sih yang pergi? Ini memang bukan gawe Flobamora Community tapi banyak
juga member yang ikutan. Saya, Yerry, Afhiek, Mila, Eddie, Pka Guru, Mom Poppy,
Yo dan kakaknya Yo. Saya kudu mengebut karena kurang tidur. Kuatir terlalu
pelan spido, bisa ngorok saya di motor. Hehe. Afhiek yang memboncengi Mila
duluan tiba di Danau Kelimutu disusul saya dan Yery. Baru juga duduk, dapat
kabar Mom Poppy beserta Yo kecelakaan. Nyelip pasir dan jatuh. Mau kembali
sudah nggak mungkin. Jaraknya terlalu jauh. Mom Poppy beserta Yo dan kakaknya
Yo kembali ke Ende dan kami teruskan perjalanan. Oia, tiba terakhir di Pos
Balai TNK adalah Eddie dan Pak Guru.
Afhiek, Ende Bawah Tanah :D
Well, ehem, terima kasih
untuk Caca yang sudah menggratiskan kita. Sebenarnya nggak gratis sih, saya
yakin Caca mengeluarkan duit pribadinya demi kita. Eaaa! *ketjup Caca ah* haha.
Jadi tidak perlu bayar biaya masuk. Catat : khusus untuk kita.
Tiba di parkiran kita kaget
bukan main. Banyak kendaraan : motor dan mobil, diparkir. Ini ajaib. Biasanya tidak
sebanyak ini. Lantas kami pun naik ke tujuan kami datang ke tempat ini yaitu
Danau Kelimutu. Dalam perjalanan kami bertemu banyak rombongan keluarga :
bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak, membawa bekal dalam tas-tas plastik. Tak kurang
pula gerombolan-gerombolan anak muda. Bahkan ada seorang nenek (tentu sudah tua)
yang jalannya sudah sangat tertatih masih semangat menuju puncak. Saya dan Mila
sampai acungin jempol. Dengan kurang ajarnya kita mengambil kesimpulan bahwa nenek
ingin bernostalgia di tempat ini. Siapa tahu dulu nenek ditembak oleh kakek di
Danau Kelimutu. Hahaha. Romantisnya bukan main bikin iri. Di tengah perjalanan
kami bertemu bang Apo. Alhamdulillah. Dengan senang hati bang Apo menemani kami
naik ke puncak. Oia, bang Apo ini bekerja di Taman Nasional Kelimutu loh. Jadi saya
senang sekali bisa memperoleh banyak informasi dari beliau. Buat yang belum
tahu, bang Apo adalah suami dari member Flobamora
Community : Yudith.
Yery & Afhiek. Anak Underground nih :D
Sepanjang perjalanan kami
mendengar banyak cerita dari bang Apo. Tahukah kalian? Sejak beberapa tahun
terakhir (kalau tidak salah sejak tahun 2004 – kalau salah ya maaf), sudah
menjadi trend Lebaran hari kedua masyarakat berbondong-bondong datang ke Danau
Kelimutu. Tak kenal usia, tak kenal sandal yang dipakai. Hehe. Dan Lebaran
tahun ini luar biasa banyak pengunjungnya! Bisa mencapai 6.000 pengunjung dalam
beberapa hari saja. Kami yang datang di hari ketiga saja masih bisa menyaksikan
begitu banyak manusia di Danau Kelimutu.
“Kemarin-kemarin itu yang
datang masih banyak dari Makassar dan Maumere,” kata bang Apo.
Lihat warna danaunya, berubah kesusu-susuan!
Saya sendiri tidak lagi
secara khusus melihat Danau Ata Polo. Saya ingin cepat-cepat menuju puncak
soalnya penasaran sama warna danau yang berubah itu. Lagipula dari puncak kan
bisa melihat ketiga danau dengan jelas. Jalannya santai, nggak ngos-ngosan,
yang penting asyik. Tiba di puncak, saya kuatir nggak dapat tempat buat
foto-foto narsis secara manusia bergelimpangan *halah* :D Ada satu hal yang
saya notis di sini bahwa para pedagang snack, minuman dan tenun ikat tidak
terlihat di sekitaran tugu. Menurut informasi yang saya dengar bahwa para
pedagang terlalu banyak sehingga perlu ditertibkan. Mereka hanya boleh berdagang
di dekat parkiran saja, tidak boleh sampai ke puncak, memenuhi bagian bawah
tugu. Boleh juga. Jadi yang mau naik ke puncak mesti sediakan air minum
banyak-banyak apalagi yang tidak biasa berolah raga.
Wif Yery, Keponakan :D
Benar teman, danaunya berubah
warna menjadi kesusu-susuan. Pokoknya warnanya pudar banget. Harus diabadikan. Dan
bukan saya kalau tidak narsis gila sampai yang lihat rasanya pengen kemplang
pakai sandal. Narsis boleh narsis tapi informasi yang disampaikan oleh bang Apo
tidak boleh terlewatkan oleh kuping.
Tidak terlalu lama di puncak,
pokoknya puas melihat warna danau yang berubah dan foto-foto, kita pun turun. Di
dekat kamar mandi umum banyak rombongan keluarga yang ‘berpiknik’. Bekalnya banyak!
Beda sama kita yang nyaris tidak membawa bekal kecuali sekotak kue tart dan
sestoples kastengel. Hihi. Kita juga istirahat sih. Duduk di rumput, melepas
lelah, sambil cerita-cerita. Senangnya karena bang Apo punya banyak cerita! Tepatnya
informasi penting tentang Danau Kelimutu.
Plang Arah *apa coba* hehehe.
Di
Flores ini masih ada
beberapa gunung berapi yang masih aktif diantaranya Gunung Poco Ranaka
di Ruteng, Gunung Inerie di Bajawa, Gunung Abulobo di Boawae, Gunung Ia
dan Gunung Kelimutu di Ende, Gunung Rokatenda (Pulau Paule) dan Gunung
Egon di Maumere, Gunung Lewotobi Laki-laki dan Perempuan di Boru, Gunung
Ile Boleng di Adonara. Gunung-gunung
ini terkoneksi satu sama lain. Informasi lainnya adalah bahwa Gunung
Kelimutu
merupakan wilayah di Pulau Flores yang hutannya masih terjaga dengan
baik. Sumber
air bersih. Entah apa yang terjadi bila hutan ini tidak dijaga. Mari,
kita
tentu bisa menjaganya. Bukan begitu, teman?
Tuntutan perut yang lapar
rupanya memang tidak bisa ditahan. Kami memutuskan untuk segera turun ke
parkiran untuk melarikan perut ke Moni. Hehe. Terima kasih Caca yang sudah
menggratiskan kita untuk biaya masuk. Terima kasih lebih banyak deh untuk bang
Apo atas segala informasi mengenai Danau Kelimutu. Terkhusus bang Apo yang
sudah begitu baik memberikan saya PIN Danau Kelimutu seabrek-abrek! Eh masih
juga demen sama PIN besi yang dipakai oleh beliau. Hihih. Maruk is my middle
name. Kayaknya sih.
Latarnya persawahan di Desa Agrowista, Waturaka
Dalam perjalanan turun ke
Moni, kami sempatkan untuk foto-foto dengan latar persawahan. Inilah desa agrowisata
Waturaka. Puas foto-foto (sebenarnya tidak pernah ada kata puas untuk urusan
narsis) kami melanjutkan perjalanan ke Moni. Di Moni restoran yang dipilih
adalah Restoran Al Hidayah. Ada Motel Al Hidayah juga loh. Pemiliknya dulu
tetangganya saya di Ende hehe. Di restoran itu ada tiga bule yang sedang makan
siang. Wah, bule-bule ini cuakep kep kep bikin mata segar. Nah pertanyaannya
adalah apakah kami sempat berpose bersama mereka? Oia dooonk! Rugi aja kalau
nggak foto bareng yang bening-bening hihihi.
Restoran Al Hidayan, Moni
Dari Moni kami kembali ke
Ende. Perjalanan pulang sekitar 1,5 jam saja sih. Tiba di Ende terlebih dahulu
menyempatkan waktu pergi membesuk Mom Poppy yang terluka di bagian bibir saat
terjatuh. Tidak sempat ke rumah Yo. Maafkan ya, sista. Soalnya kami harus pergi
mengantar Mila kembali ke Ndona sebelum kembali ke rumah masing-masing.
Itulah perjalanan kami.
Kelimutu yang penuh cerita. Saya tidak pernah bosan mengunjunginya. Itu tadi,
seperti tulisan saya di atas, bahwa selalu ada ikatan batin yang mengajak saya
terus ke sana. Puas bisa tiba di puncak dan membiarkan alam menunjukkan
kehebatannya. Ya, kehebatan Allah SWT, teman! Luar biasa. Saya jadi ingat di
tahun 2006 saat pergi ke Danau Kelimutu bareng teman-teman Club BNML. Pedro,
teman saya yang pernah ikutan Master Chef 2012 dan juga bekerja di Taman
Nasional Kelimutu, mengajak saya duduk di salah satu sudut jauh dari tugu,
menutup mata, mendengarkan suara alam. Apa yang dibilang suara alam itu
sesungguhnya sulit didengar oleh kuping … gunakan batin kau, teman. Gunakan.
Semoga ada lagi perubahan di
Danau Kelimutu. Jangan kuatir, saya akan tetap pergi ke sana. Masih ingin
menulis lagi tentang Danau Kelimutu, hal-hal yang sebelumnya tidak pernah saya
tulis. Semoga dapat. Masih berharap bang Apo membocorkan lebih banyak informasi
yang dapat saya susun dengan baik. Amin.
Wassalam.
Komentar
Posting Komentar
Untuk pertanyaan penting dengan respon cepat, silahkan hubungi nomor WA 085239014948 (Chat Only!)