Pemburu Sunset; Dermaga Perikanan Ende


Sebagai makhluk Tuhan yang paling susah bangun pagi, saya tidak pernah berharap bisa mengabadikan momen awal terang, momen tercantik ketika hari meninggalkan gelap. Sunrise. Sekalinya terpukau pada sunrise itu saat berada di puncak Gunung Kelimutu untuk syuting video klip Putera Puteri Matahari, sebuah lagu yang diciptakan oleh Luis Thomas Ire. Kalau begitu, saya pasti tidak pernah kehilangan momen tercantik ketika hari meninggalkan terang? Tidak juga. Kadang saya mengabadikannya, kadang saya malah hanya bengong menikmati warna-warna yang disajikannya. Sunset. Waktu diantara, yang dulu selalu bikin orangtua was-was apabila anak-anaknya masih berkeliaran di luar rumah, kuatir anaknya disembunyikan makhluk gaib di Puncak Gunung Meja. Cerita lama yang kini sudah tidak kedengaran lagi. Mungkin karena anak-anak sekarang tidak takut lagi sama makhluk gaib tetapi lebih takut kehabisan paket internet di gadget mereka.


Jum'at 9 November 2018, kemarin, setelah siangnya saya berkeliling Pelabuhan Ippi dengan dua dermaganya dan menara suar, saya menepati janji bersama dua sahabat untuk memburu sunset di Pelabuhan Perikanan, Ende. Mereka, dua lelaki itu, adalah sahabat sejak zaman dinosaurus mulai mengembara di bumi. Haha. Gilaaa persahabatan kami ini sudah melewati badai bertubi-tubi dan berkali-kali. Tapi kok tetap solid. Love you both!

Yang jaket merah namanya Armando, yang baju hitam namanya Sony.

Armando dan Sony. Armando adalah penyiar RRI Pro 2 Ende. Sony adalah salah seorang aparatur negara *ditimpuk Sony*. Semua gara-gara Sony yang ngepos foto sunset di akun Facebook-nya. Foto itu menghadirkan gagasan di benak Armando. Kita harus berburu sunset bareng! Mengumpulkan tiga orang dengan aktivitas masing-masing yang padat memang tidak mudah. Janjian Kamis, eh, jadinya Jum'at. Alhamdulillah kemarin sore akhirnya bisa sama-sama menuju ke lokasi yang disepakati.

Dermaga Perikanan Ende.

Dermaga Perikanan ini terletak di belakang Kantor Perikanan Kabupaten Ende, Kelurahan Paupanda, Kabupaten Ende. Informasi yang saya baca dari sini menyebutkan bahwa dermaga tersebut mubazir dibangun karena sama sekali tidak digunakan oleh para nelayan. Menurut pandangan mata saya sendiri, para nelayan biasanya pada pagi hari membongkar muatan ikan hasil tangkapan (pada malam hari itu) langsung di pantai belakang Pasar Mbongawani karena pasar ikan memang terletak di situ, untuk mempermudah transaksi jual-beli. Abang Rifan, sahabat kami seorang Sarjana Ekonomi yang memilih meneruskan usaha kapal motor ikan ayahnya, dulu sering mengirim SMS pada kami untuk turun ke pantai di belakang Pasar Mbongawani ... dia bakal bagi-bagi ikan karena jumlahnya yang super duper melimpah. 

Tapi Dermaga Perikanan tersebut bukannya sama sekali tidak digunakan karena setiap menjelang sunset banyak orang pergi ke situ terutama ka'e-ka'e (kakak-kakak) pemancing. Beberapa anak muda pun memilih untuk foto-foto di situ kala sunset. Manapula GRATIS.

Armando dan Sony sudah tiba duluan. Modal kami adalah pisang goreng Sam (dari Pantai Ria) yang dibeli Sony, tahu isi dan air mineral yang dibeli Armando, dan termos kopi susu dari saya. Masih pukul 17.15 Wita, suasana masih terang dan pemandangan indah khas Teluk Ende ini memang sulit untuk tidak diabadikan.




Kami bertiga memilih duduk mengaso di dermaga sambil menunggu sunset. Armando memasang monopod bekal video timelape. Mengobrol ngalor-ngidul sambil ngemil pisang goreng dan tahu isi di dermaga sambil menanti sunset itu benar-benar membahagiakan. Lalu datanglah beberapa lelaki, ka'e, yang biasa memancing di situ. Kami saling bertegur sapa. Ternyata si ka'e adalah sahabat (alm.) Kakak Toto Pharmantara. Kami pun mengobrol. Bahkan saat Armando mencari informasi tentang suatu desa di Google, si ka'e berkata, "tolong tanya Google, kapan cumi-cumi muncul." hahaha.


Si ka'e bercerita kalau memancing di Dermaga Perikanan sering dilakukan, bahkan hampir setiap senja sampai malam. Tangkapan mereka adalah cumi-cumi. Cumi-cumi itu bahkan ada yang sebesar tangan, dia bercerita sambil menunjukkan tangannya. Lalu dia menunjuk tempat di sebelah kami duduk, nampak noda-noda hitam. "Itu kemarin kami bersihkan tinta cumi di situ," katanya sambil mempersiapkan alat memancing sederhana miliknya. Katanya, kalau bulan terang mereka bakal lebih mudah memancing cumi-cumi.

Melihat suasana Teluk Ende ini menghadirkan gagasan lain di benak saya. Seandainya saya adalah penduduk Paupanda, saya bakal bikin usaha wisata bahari. Pengalaman mendayung sampan di sekitar Teluk Ende dengan biaya Rp 10K per orang pasti bakal jadi magnet yang cukup kuat. Semua orang mau merasakannya bahkan, tidak hanya wisatawan dari luar daerah, penduduk Kota Ende pun pasti mau! Wisata bahari sederhana seperti itu bisa menjadi mata pencaharian yang menjanjikan. Tapi apalah daya, saya bukan penduduk Paupanda dan tidak punya sampan hahaha. Manapula saya TIDAK BISA BERENANG. Selain sampan, bisa juga wisata bahari menggunakan perahu motor tempel dengan rute Teluk Ende hingga tanjung dan belakang Gunung Ia (bolak-balik). Saya pikir pasti banyak yang tertarik dengan wisata jenis ini.

Semoga suatu saat nanti akan ada yang mewujudkannya.

Matahari pun turun ...


Gambar utuh sunset dengan Pulau Ende menghiasinya, dapat kalian lihat pada awal pos. Yang saya sesali adalah tidak membawa Canon Eos 600D. Huhu. Tapi tidak masalah lah. Xiaomi Redmi 5 Plus sudah sangat mumpuni menangkap momen keren ini. Sayang ya, sedang mendung. Apabila langit cerah, sunset-nya bisa lebih keren karena warnanya oranye tua kemerah-merahan! Dan mungkin karena mendung, maka saat matahari sudah benar-benar hilang, yang tersaji adalah biru biru dan biru kayak filem Avatar. Hehehe.


Kelurahan Paupanda merupakan kelurahan di tepi pantai yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Masjid-masjid berdiri gagah di kelurahan ini. Maka tidak heran Adzan Maghrib dan Adzan Isya berkumandang sahdu terdengar saling sahut dari Dermaga Perikanan ini.

Kami bertiga masih mengobrol sampai pukul 19.30 Wita, kemudian beranjak pulang. Tentu dengan janji untuk kembali memburu sunset setelah menemukan waktu yang pas.

Ende. Saya cinta kau :)



Cheers.

Komentar

  1. wow, membiru gitu ya.. padahal menjelang gelap

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu membiru setelah mataharinya hilang hehehe... kami juga kaget pas ngelihat biru gitu :D

      Hapus
  2. Mendayung sampan di sktr Teluk Ende cuma Rp 10K, wow murah sekali utk tempat sekeren itu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah itu baru ide saya saja Mas Aris. Entahlah besok-besok ... semoga ada ya jadi ada wisata bahari begitu :D

      Hapus
  3. Balasan
    1. Nanti bakal ada yang lebih indah hhahaha kalau enggak mendung ;D

      Hapus
  4. Ah, sayang ya, mendung. Padahal sunset di sekitaran pantai pasti keren!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu dia haha... semoga nanti bisa nangkep sunset yang pas enggak mendung.

      Hapus
  5. Ak pernah gak ya ke dermaga Paupanda.. inget-inget kayaknya pernah tapi kok gak punya foto-fotonya.. #cari_ingatan_yang_hilang_entah_kemana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sy tw nya Magenpanda, kalau dari Maumere nyusuri pesisir pantai ke arah mana sy lupa ...

      Hapus
    2. @Bahtiar Ayo Bang Bahtiar dicari hehehe pasti hasilnya bagus-bagussss secara Bang Bahtiar gitu loh *jempol*

      @Cocoper Magepanda itu di pantai utara, jalur utara kalau dari Ende melewati Maurole, terus ke Kota Baru, terus ke Lakalonde, terus ke Magepanda dan masuk Maumere.

      Hapus
  6. Gunung Meja, ini sy ingat ketika pertama x ke Ende, ditunjukan dari kejauhan, Gn. Meja, katanya nampak seperti meja. Tapi dulu, perasaan meja dri mana gtu, namanya masih kecil.

    Ke Ende blm pernah main sampai kota dan ke pelabuhannya. Paling dari Mudetelo turune Maubasa, menikmati indahnya laut dari sana.

    Memang indah sih pemandangan di sana, harga yg mahal bwt qt2 org yg tinggal di ibukota

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah meja karena puncaknya rata ya :D
      Pantai di Maubasa juga keren bangetttttt ... dan pasti ngangenin hehehe.

      Hapus

Posting Komentar

Untuk pertanyaan penting dengan respon cepat, silahkan hubungi nomor WA 085239014948 (Chat Only!)