Lunch at Beach


Ceritanya, waktu cuti sudah hampir selesai sementara saya terlibat dalam kepanitiaan turnamen sepakbola Ema Gadi Djou Memorial Cup (EGDMC) sehingga semua serba nanggung. Mau KakiKereta terlalu jauh, ke Riung atau Maumere - misalnya, saya sadar waktu tidak mengijinkan. Jadi, saya hanya bisa KakiKereta ke sekitar Kota Ende saja seperti ke Detusoko, ke Nuabosi, dan ke NangabaPagi sampai siang KakiKereta, sore sampai malam mendokumentasikan EGDMC yang berlangsung di Stadion Marilonga. Ada teman yang bilang, "Kan cuti?" Cuti kerja iya, tapi dari kepanitiaan saya tidak bisa. Ada tanggung jawab moral di situ.

Tapi ... selalu ada cerita ...


Adalah ngidam makan di pantai yang kemudian mengantar saya ke pantai untuk ... makan siang!

Inilah enaknya tinggal di Kota Ende. Pantai dan gunung yang mengelilinginya itu tetanggaan. Makan siang di pantai bukan perkara besar; bukan perkara sulit. Maka Minggu (28 Oktober 2018) saya, Ocha dan Thika berencana makan siang di pantai. Karena Kakak Niniek, kakak ipar saya, kebetulan datang ke rumah, maka berangkatlah kami. Pantai yang menjadi tujuan kita makan siang tidak jauh yaitu Pantai Aeba'i. Jaraknya hanya sepuluh menit dari rumah. Sayangnya, karena air laut sedang pasang naik, bebatuan dengan ceruk menawan di pantai ini tidak terlihat. Selain makan siang di pantai yang bekalnya dibawa dari rumah, saya sekalian merendam kaki di pasir panas. Yuhuuuu panasnya nancep! Tapi harus dikira-kira juga ya, jangan sampai kakinya melepuh. Itu akan sangat berbahaya bagi penderita diabetes.


Kalau tidak ingat turnamen EGDMC bisa-bisa saya sudah rebahan di bawah pohon waru di pantai ini dan tidur sepuasnya sampai matahari pamit! Saya rasa siapapun bakal terlena sama sensasi makan siang di pantai, di bawah pohon rindang, dengan angin semilir, dan suara debur ombak. Aduh Mama sayang eee eee ... orang lain mau merasakan ini, harus punya waktu khusus dan tidak bisa setiap hari, kalau di Ende kami bisa melakukannya setiap hari. Hehe.


Tidak lupa termos kopi susu. Karena si Ocha ngotot membawa es batu, mari sekalian dijadikan es kopi susu. Hehehe. Ngiler kan kan kan :p

Hari Senin (29 Oktober 2018) giliran saya mengajak Thika makan siang di pantai karena Ocha sedang pergi ke bank. Awalnya rencana kami bersama kendaraan roda dua si Onif Harem, bakal sampai Aigela, tapi kita keluar rumah sudah pukul 13.00 Wita! Lagi, berbekal makan siang, air, dan kopi susu andalan, kami pun makan siang di sebuah saung dekat dermaga yang sebelumnya digunakan untuk dermaga kapal yang mengangkut pasir besi hasil tambang (tambangnya sudah tidak beroperasi lagi). Dari saung ini kami dapat melihat dermaganya, tentu saja, laut, Gunung Meja, dan Pulau Ende. Jaraknya sekitar dua puluh menit dari rumah.


Menu sederhana tapi kok ya nikmat sekaliiii disantap di saung pinggir pantai. Sebelumnya kami sudah berencana, kalau yang punya saung datang, kami harus kabur hahaha. Becanda ... paling-paling pemilik saung nawarin ikan bakar buat kami. Yeaaaa I wish! Usai makan siang, saya dan Thika masih bersantai sejenak sambil foto-foto, lantas memutuskan untuk pulang. Hehehe. Bagi orang lain yang melihat, jelas kami nampak kurang kerjaan, tapi bagi kami makan siang di pantai itu nikmatnya tiada tara.

Nah, kebetulan menulis tentang pasir besi ini, mari kita simak apa sebenarnya manfaat si pasir besi selain dijadikan bahan untuk membuat semen juga bermanfaat bagi kesehatan. Menurut situs Dokter Sehat, berjalan di atas pasir punya manfaat membakar lebih banyak kalori, menguatkan kaki, menurunkan resiko cedera, serta menghilangkan stress. Situs Merah Putih juga mengatakan bahwa terapi pasir laut berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit karena pasir laut mengandung mineral dan zat iodium yang dapat membantu pengobatan beberapa jenis penyakit dan melancarkan peredaran darah.

Saya juga terapi pasir untuk Mamatua. Karena tidak mungkin membawa Mamatua ke pantai, maka pasirnya yang dibawa ke rumah. Setiap hari dijemur dan setelah panas (jangan terlalu panas) kaki Mamatua direndam di situ. Manfaatnya? Mamatua lebih lancar berjalan. Sayangnya, gara-gara si kekucingan menjadikan pasir dalam baskom itu sebagai sand-box-for-pup Mamatua enggan merendam kakinya lagi hahaha. Tapi jangan kuatir, kemarin sudah saya ambil lagi sekantung pasir besi untuk kaki Mamatua dan kaki saya (kaki saya ditambah terapi jalan malam hahaha).

Kembali pada topik makan siang di pantai. Saya janji, apabila kalian datang ke Ende, bakal saya ajak makan siang di pantai. Asal jangan ketiduran ya :D

#LifeIsGood
#CelebratingLife



Cheers.

Komentar

  1. Aseeekkk... jadi kalau saya ke Ende bakalan diajakin makan siang di pantai nih?? Bawa rombongan satu batalyon ah, mumpung ada yang traktir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha boleh Bang Bahtiar. Ke pantai atau ke Khalilah, boleh 🤗😂😀

      Hapus
  2. asiiik, mau diajak makan siang... tp kalo ketiduran di tinggal deh... hehe.. :)

    BalasHapus
  3. Oh itu ternyata es kopi susu kirain kolak hehehe...
    Oh enaknya tinggal di Ende, dekat pantai juga dekat pegunungan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Untuk pertanyaan penting dengan respon cepat, silahkan hubungi nomor WA 085239014948 (Chat Only!)