Bagi saya yang tinggal tepat di jantung Kota Ende, Ibu Kota Kabupaten Ende, bertemu langsung kelompok masyarakat adat dengan mosalaki (ketua adat) itu sangat luar biasa. Bicara soal masyarakat adat, masalah yang paling sering timbul adalah tentang tanah hak ulayat. Tanah hak ulayat adalah bidang tanah yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat hukum adat, yang oleh Suku Ende disebut fai wazu ana azo, untuk kelangsungan hidup dan kehidupannya berdasarkan pertalian geneologis atau keturunan berdasarkan ijin mosalaki pu'u (ketua adat utama) setempat. Atas ijin mosalaki pu'u itu pun tanah hak ulayat dapat dimanfaatkan oleh orang-orang di luar fai wazu ana azo untuk menambah dan menjalin persaudaraan yang disebut tau bhondo loo tau kapa taga.
Fyi; ada dua suku utama di Kabupaten Ende yaitu Suku Ende dan Suku Lio. Keduanya mempunyai bahasa yang berbeda pula.
Baca Juga : Bukit Raja Tidur, Sumba
Salah satu masyarakat
adat yang bermukim tidak jauh dari Kota Ende menempati suatu wilayah
yang disebut Wilayah Adat Kolibari. Wilayah Adat Kolibari mempunyai dua
kampung yaitu Kampung Kolibari dan Kampung Aeba'i. Fai wazu ana azo dari kedua kampung adat
ini harus tunduk pada peraturan yang hidup di dalam tubuh Wilayah Adat
Kolibari. Sayangnya kali ini saya tidak menulis tentang Wilayah Adat Kolibari dan fai wazu ana azo serta hak-haknya yang menarik untuk diulas hehe (mungkin lain waktu). Saya menulis tentang lokasi keduanya, terkhusus Aeba'i, yang ternyata makjleb banget untuk foto-foto.
Alkisah, September kemarin saya dan teman-teman hendak bikin foto angkatan sebelum diyudisium. Pikir punya pikir, foto studio dengan jasa fotografer ngehits akan dilakukan saat wisuda, sedangkan untuk foto angkatan ini difoto sendiri saja. Kebetulan kamera saya ready dan tripot tinggal pilih, jadi bolehlah. Ada beberapa lokasi foto yang kami tentukan: pantai, bukit pandang Kolibari, kampus (depan fakultas), serta di rumah a la studio begitu. Sore-sore kami sudah siap di rumah dengan fokus ke Pantai Ndao. Asyik itu foto di Panti Ndao, menurut kami, terutama sore hari menjelang sunset. Ternyata setelah tiba di lokasi, pantainya ramai sama anak-anak bermain sepakbola. Tidak mungkin untuk foto-foto di situ, kuatir kami kena bola nyasar. Terus ngegas motor sekitar beberapa ratus meter ... tibalah kami di pantai ini:
Sepeda motor langsung diparkir dan kami kesulitan mencari jalan turun ke pantai karena cukup tinggi dari badan jalan. Untungnya ada jalan tikus yang bisa dilalui dengan tidak mudah untuk ukuran bodi saya hahaha. Pegang sana, pegang sini, dipegang Kakak Pacar ... eh ... kaki saya menjejak pasir hitam itu.
Sumpah, pantainya keren banget! Kami, yang hampir setiap hari melintas di sini, melonjak kegirangan. Seperti surga yang terlewatkan hehe. Inilah Pantai Aeba'i yang berada di wilayah Aeba'i. Yang membikin pantai ini begitu memikat hati adalah bebatuan karang bercampur/tertutup pasir yang muncul di permukaan dengan ceruk-ceruk yang menampung air laut dari sisa ombak yang bergulung. Dan sore itu, ceruk-ceruk ini begitu indah dengan pantulan langit yang bisa kalian lihat pada foto di atas. Jernih sekali kan? Spot foto keren begini kayaknya cocok juga buat lokasi foto prewed. Hayooo siapa mau foto-foto prewed di sini?
Pasang tripot, atur kamera, lari ke sana sini, yuhuuu mari kita foto-foto!
Bagi kalian yang datang ke Kota Ende dan berminat untuk wisata dalam kota, Pantai Aeba'i dapat jadi pilihan karena letaknya cukup dekat dari kota (sekitar 2 kilometer dari kota) ke arah Barat. Kalau sudah mengunjungi Situs Bung Karno, minta saja diantar sekalian ke pantai ini dan/atau langsung pergi ke pantai ini. Dari Situs Bung Karno paling-paling hanya memakan waktu sepuluh menitan berkendara. Rugi kan melewatkan surga seindah ini.
Tidak ada informasi lebih rinci yang bisa saya tulis terkait rumah makan atau penginapan, karena Pantai Aeba'i letaknya masih terhitung di dalam kota :)
Mari, datang ke Ende.
Cheers.
Mbak Tuteh, rumahnya habis direnovasi ya? Kok jadi kaya masuk rumah sendiri hihihi...
BalasHapusHahaha Enggak, ini blog travel, bukan blog personal 😂
BalasHapusOh saya kurang teliti bacanya hihihi....
HapusKalo yg ini gampang dibaca lewat smart phone.
Hihihi iya rumah yang ini pakai layout bawaan Blogger... :D
HapusDuh pantai, saya lagi berencana mau ke pantai juga sore nanti lho, Teh.
BalasHapusBaca ini jadi semakin pengen cepet sore..wkwk
semoga jadi nih..
Kalau udah ngomongin panti mah duh betah dah, apalagi bisa nyantai bawah pohon kelapa di pantai dan sembari minum es kelapa. HQQ sekalih :D
Memang keceh tempatnya, Teh. Apalagi spot fotonya background pemandangan :)
Hahahah sukses bikin pengen lekas ke pantai yaaa :D kalau di sini pantainya deket baget :D
HapusTepi pantainya seperti itu ya, tidak ada hamparan pasit putihnya?
BalasHapusTanah adat, mungkin kalau dikampung saya disebut tanah girik.
Mungkin mas. Cuma kalau tahan adat yang disebut tanah hak ulayat ini ada di semua buku hukum, mas. Tanah girik, menarik, mas. Kapan menulis tanah girik? Saya harus baca paling pertama :D hwhwhwhw.
HapusWah, cantik tempatnya. Saya belum pernah ke Ende. Paling jauh cuma sampai Labuan Bajo. Kalau ada kesempatan, ingin juga berkunjung ke Ende.
BalasHapusIya, cantik Kak hihihi seperti yang nulis kan cantiknya? *dikeplak* hahaha. Yuk kapankapan ke Ende ... kabarin yaaaa.
Hapus