Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Dunia Pariwisata


Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Dunia Pariwisata. Stay at home atau di rumah saja yang digaungkan dengan hashtag #DiRumahSaja, dalam batas waktu tertentu, merupakan salah satu perintah dari pemerintah. Perintah ini tidak saja bertujuan untuk melindungi setiap individu tetapi juga sekaligus upaya untuk memutus rantai penyebaran virus Corona atau Covid-19. Sebagian orang mematuhi aturan tersebut karena jenis pekerjaannya memang bisa dilakukan di rumah dan/atau dari rumah; seperti saya, keluar rumah hanya untuk membeli kebutuhan pokok saja. Sebagian lagi harus tetap keluar rumah karena pekerjaan mereka memang harus dilakukan di luar rumah; seperti petani, pedagang kaki lima, pedagang keliling, wartawan, dan tentu saja petugas medis. Sebagian lagi ... bandel, di mana mereka memaknai di rumah saja sama dengan liburan, sehingga pada masa awal perintah di rumah saja diberlakukan, mereka memanfaatkannya dengan bepergian. 

Juga Asyik Dibaca: Taman Wisata Hutan Mangrove dan Rumah Pohon di Marapokot


Apabila terpaksa keluar rumah untuk membeli kebutuhan pokok, misalnya, masih ada aturan yang harus diperhatikan oleh setiap individu untuk melindungi dirinya dan orang lain yaitu memakai masker, menjaga jarak setidaknya satu meter, tidak menyentuh wajah (mata, hidung, dan mulut) sebelum mencuci tangan dengan sabun setidaknya dua puluh detik atau membersihkan tangan memakai hand sanitizer. Apabila pulang ke rumah, selain mencuci tangan dengan sabun, menurut saya sebaiknya sekalian mandi, untuk menjaga pula orang-orang yang berada di dalam rumah. Disinfektan pun menjadi salah satu upaya perlindungan terhadap Covid-19. Cairan tersebut disemprotkan pada benda-benda seperti gagang pintu, meja, wastafel, dan lain sebagainya.

Covid-19 telah mengubah kehidupan umat manusia di seluruh dunia tanpa pandang usia, pekerjaan, tahta, dan jabatan. Virus ini pun mengubah dunia pariwisata. Geliat dunia pariwisata terpaksa mati suri demi kebaikan bersama. Siapa yang mau bepergian? Bukankah sudah diperintahkan untuk di rumah saja? Ada. Masih ada yang bepergian. Terutama para perantau dari daerah/wilayah zona merah di Indonesia, yang terpaksa pulang ke kampung halaman, termasuk pulang ke Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tapi mereka bukan bepergian untuk berwisata. Mereka bepergian karena kondisi yang amat sangat mendesak. Kalian tentu masih ingat penumpang KM Lambelu yang terpaksa meloncat ke laut gara-gara kapal tersebut dilarang bersandar di Pelabuhan L. Say, Kota Maumere, karena disinyalir tiga kru kapal telah terpapar virus Corona.

Menyakitkan?

Jelas.

Tapi apa yang dilakukan Bupati Sikka adalah demi keselamatan banyak orang. Dilema, memang.

Menyakitkan?

Jelas.

Bagi para pelaku pariwisata, ini menyakitkan. Pelaku pariwisata adalah setiap pihak yang berperan dan terlibat dalam kegiatan pariwisata. Menurut Damanik dan Weber (2006:19) pelaku pariwisata adalah wisatawan, penyedia jasa (industri pariwisata), pendukung jasa wisata, pemerintah, masyarakat lokal, dan lembaga swadaya masyarakat yang beraktivitas demi perlindungan suatu wilayah, hewan langka, pecinta alam, dan lain sebagainya. Sedangkan pariwisata adalah perpindahan sementara orang-orang kedaerah tujuan diluar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-harinya, kegiatan yang dilakukannya adalah fasilitas yang digunakan ditujukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya (Fandeli, 1995: 47). Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta "pari" (berkali-kali) dan "wisata" (bepergian). Secara harfiah, pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan berkali-kali ke suatu tempat.

Covid-19 berdampak sangat parah pada dunia pariwisata.

Juga Asyik Dibaca: R-Musth Warung Kopi Yang Asyik Jadi Tempat Nongkrong


Sahabat saya, Ruztam, merupakan pelaku pariwisata dari lini penyedia jasa penginapan di Riung. Nama penginapannya adalah Nirvana Bungalow. Saya bertanya padanya dampak Covid-19 terhadap kondisi Nirvana Bungalow. Jawabannya menyakitkan perasaan saya, meskipun saya bukan pelaku pariwisata di lini penyedia jasa, saya hanyalah pelaku pariwisata di lini wisatawan. Setiap hari, sejak di rumah saja diberlakukan dan beberapa negara di-lockdown, setiap hari dia membaca e-mail pembatalan booking-an. Individu maupun grup. Semua tidak berani melanjutkan rencana perjalanan karena kuatir terhadap penyebaran Covid-19. Dan Ruztam hanyalah salah satu dari sekian juta pelaku pariwisata di dunia ini dari lini penyedia jasa. Apabila penyedia jasa mengalami dampaknya, maka pendukung jasa wisata pun demikian.

Pendukung jasa pariwisata adalah mereka-mereka yang berada di sekitar daerah wisata seperti para pedagang baik kios maupun rumah makan. Pada masa pandemi Covid-19 mereka memang masih memperoleh pemasukan dari masyarakat setempat. Tetapi sebelumnya, pemasukan mereka tentu lebih besar. Bayangkan saja, berapa banyak wisatawan yang ingin membeli air minum kemasan, misalya? Atau berapa banyak wisatawan yang menikmati makanan khas rumah makan yang bersangkutan, misalnya? Atau berapa banyak wisatawan yang memburu oleh-oleh khas daerah yang bersangkutan, misalnya?

Saya, sebagai pelaku pariwisata di lini wisatawan pun turut merasakannya. Tiga minggu sudah saya bekerja dari rumah, mengerjakan semuanya menggunakan laptop dan jaringan internet. Biasanya, meskipun bukan pada hari libur panjang dan/atau masa cuti, hampir setiap Minggu saya keluar rumah untuk sekadar menikmati jagung rebus di KM 14, jalan-jalan ke puncak daerah Nangaroro untuk menikmati pemandangan alam dari ketinggian, atau piknik bareng keluarga besar Pharmantara. Sejak di rumah saja, ya, saya hanya di rumah saja. Sampai tulisan ini saya unggah, terhitung baru dua kali saya keluar rumah yaitu untuk urusan pekerjaan dan pemakaman almarhum Bapak Josef A. Gadi Djou. Kebutuhan membeli bahan pokok seperti makanan dan popoknya Mamatua, dilakukan oleh Thika dan Melly. Kaki saya sudah sangat gatal ingin keluar, ingin traveling, ingin berkereta. Tapi apa daya, harus saya tahan.

Demi apa ...?

Demi kebaikan bersama.

Juga Asyik Dibaca: Wujud Timbal Balik Melalui Bhaze Duza Dalam Suku Ende


Kita semua, boleh saya bilang, adalah pelaku pariwisata. Ada penyedia jasa, ada pendukungnya, ada wisatawannya, ada yang bergerak dalam upaya perlindungan wilayah (wisata) serta hewan langka, ada pula yang terus mengkampanyekan tentang pelestarian lingkungan. Saat ini kita semua merasakan dampak dari Covid-19. Terutama saya yang tidak bisa bepergian ke tempat-tempat wisata, apalagi ke tempat wisata baru demi menuliskannya di blog ini. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah bersama-sama 'bergandengan tangan' untuk di rumah saja, menjaga jarak, memakai masker, rajin mencuci tangan, hingga meningkatkan imun tubuh, agar kita bisa memutus rantai penyebaran Covid-19 ini. Bukankah ini harapan kita bersama?

Semoga ...



Cheers.

Komentar

  1. Rasanya tidak hanya pariwisata yang terdampak. Tapi memang dari sektor pariwisata efek domini ekonomi terbentuk. Mulai dari usaha perhotelan, travel, usaha cenderamata hingga masyarakat pedagang kaki lima

    BalasHapus
  2. Sedih, dampaknya kemana2 ...
    Semoga lekas dinemukan obat/vaksin atau apa sj, untuk membasmi covid19.

    Jadi kita bisa kembali ke sediakala..

    BalasHapus
  3. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus
  4. bener banget, sektor pariwisata imbasnya termasuk "gede", segi pendapatan menurun, biasanya bulan bulan high season lebaran banyak trip ke flores

    BalasHapus
  5. Dampak Covid-19 yang menyentuh semua sektor memang benar-benar memaksa otak kita untuk berpikir ekstra. Kita dituntut untuk memformat kembali cara berpikir lama kita yang lamban dan biasa-biasa saja dalam menghadapi setiap persoalan.

    BalasHapus
  6. semenjak pandemic ini membuat semua orang ngerasa stuck bahkan down tapi semoga segera Indonesia cepat pulih biar orang seperti saya bisa traveling lagi.

    BalasHapus
  7. Temenku ada yang kerja di travel agent gitu. Baca-baca status WA nya bikin sedih. Tapi aku juga helpless gak bisa bantu :( Semoga keadaan cepat membaik. Aku kangen jalan-jalan.

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah warung yang saya bangun belakangan ini mulai ramai kembali, jika mwngingat sebelum lebaran, menangis darah. Kwkwkw

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Untuk pertanyaan penting dengan respon cepat, silahkan hubungi nomor WA 085239014948 (Chat Only!)