Belajar Budaya dan Toleransi di Saung Angklung Udjo


Menikmati Wisata Budaya di Saung Angklung Udjo. Saya pernah menulis tentang Saung Angklung Udjo, tapi tulisan itu bukan untuk diri saya pribadi, melainkan untuk dan/atau sebagai laporan ke Detik Travel, sebuah tanggung jawab kami: 66 Petualang ACI Detik.Com 2010 (tidak semuanya ke Saung Angklung Udjo, karena kami terbagi ke 33 provnsi di Indonesia) yang lolos dari puluhan ribu perserta lainnya yang diberi kesempatan traveling gratis. Rasanya rugi juga jika tidak menyimpan cerita perjalanan ke Saung Angklung Udjo di blog ini, meskipun sudah bertahun-tahun lewat, karena setiap perjalanan punya kisah dan hikmahnya masing-masing. Saya percaya, para tukang jalan setuju dengan pernyataan itu.

Juga Asyik Dibaca: MoF Art Gallery


Melompat jauh ke tahun 2010, saat saya diberi rejeki super oleh Dia melalui ajang ACI (Aku Cinta Indonesia) Detik.Com, maka salah satu perkara yang saya ingat adalah Saung Angklung Mang Udjo atau dikenal dengan Saung Angklung Udjo (tanpa 'mang'). Di tempat yang kental aroma budaya itu saya belajar tentang banyak hal. Salah satunya adalah toleransi antar umat beragama. Bagaimana hubungannya angklung dengan toleransi, silahkan baca pos ini sampai selesai. Hehe.

Saung Angklung Udjo


Pertama-tama kalian harus tahu dulu tentang Saung Angklung Udjo. 

Saung Angklung Udjo merupakan sanggar seni sekaligus sebagai tempat pertunjukan seni, laboratorium pendidikan, dan juga sebagai obyek wisata budaya khas daerah Jawa Barat dengan mengandalkan semangat gotong royong antar sesama warga desa. Tempat serba nyeni ini didirikan oleh Udjo Ngalagena (Alm) yang akrab dipanggil dengan Mang Udjo, dan istrinya yang bernama Uum Sumiati, pada tahun 1966. Saung angklung ini kemudian dikenal dengan nama Saung Angklung Udjo, tanpa embel-embel 'mang'. Informasi lengkap tentang saung ini silahkan klik link ↠ Saung Angklung Udjo.


Angklung, alat musik khas Indonesia yang molek. Dalam diam, angklung menyimpan pesona kemolekan bentuknya. Dalam gerak, angklung menebar berjuta harmoni yang menyatu...

Dan betapa beruntungnya saya, pada hari itu saya mengunjungi Saung Angklung Udjo, bersama teman seperjalanan yang dipetakan oleh Panitia ACI Detik.Com berkeliling Provinsi Jawa Barat, Yulastriany.

Memasuki parkiran Saung Angklung Udjo, aroma budaya tercium tajam. Awalnya berpikir tempat ini pasti sepi dan kami bisa lekas-lekas mengeksplor, balik kanan, lantas mencari hotel untuk menginap karena perjalanan seharian sudah cukup bikin letih. Tapi ternyata, parkirannya saja ramai bis wisata, mobil pribadi, dan sepeda motor. Pengunjung bersileweran, petugas parkir merapikan kendaraan, banyak pula yang bertanya informasi kepada para petugas. Tahun 2010, karcis masuk dipatok seharga Rp 50K per pengunjung. Harga segitu sudah termasuk souvenir berupa kalung berbandul angklung mini, brosur, dan minuman gratis.

Dari loket karcis, kami memasuki ruangan pertama yang merupakan toko souvenir. Berbagai barang khas Jawa Barat dan a la Saung Angklung Udjo dijual di sini antara lain gantungan kunci, kaos, kipas, gelang, sandal, tas, sampai replika angklung. Ditata semenarik mungkin. Harga barang-barang di toko souvenir ini relatif murah dan banyak pilihan. Toko souvenir Saung Angklung Udjo bisa juga menjadi surga belanja bagi kalian yang menyukai barang-barang khas Jawa Barat.

Pertunjukan Bambu Petang


Dari brosur yang diperoleh di loket pembelian karcis, tertera informasi tentang pertunjukan terkece yaitu Pertunjukan Bambu Petang yang baru akan dimulai tiga puluh menit lagi. Masih punya kesempatan berkeliling termasuk ke toko souvenir dan melihat para seniman yang bakal tampil bersiap-siap. 

Berkeliling Saung Angklung Udjo, kami melewati tempat pertunjukkan yang sedang dibersihkan. Di bagian belakang panggung terdapat semacam gudang tempat menyimpan angklung. Nampak seorang ibu sedang mendandani putrinya yang mengenakan kebaya modern. Kuping kami lantas menangkap permainan angklung dari ruangan lain di dekat gudang. Ternyata benar, ada sekelompok anak muda sedang bermain angklung. Lagu yang mereka mainkan cukup familiar; Pretty Woman! Wah, bisa dibayangkan betapa tertariknya kami. Begitu melihat para pemainnya, lagi-lagi kami terkejut. Mereka bukan orang Indonesia melainkan orang asing, yang terlihat dari fisiknya, berasal dari berbagai negara.

Sepuluh menit kemudian kami sudah berbaur dengan pengunjung lain di ruang pertunjukkan. Bila dikuadrankan antara wisatawan domestik dan mancanegara; 50-50. Seorang wanita, MC, memasuki ruang pertunjukkan dan memperkenalkan diri termasuk tentang Pertunjukan Bambu Petang ini. Acara demi acara pun dimulai.


Acara pertama/pembuka dari Pertunjukan Bambu Petang ini adalah demonstrasi wayang golek. Dalam setiap pementasannya, wayang selalu menyampaikan pesan-pesan moral agar manusia patuh pada Pencipta dan berbuat baik pada sesama. Umumnya pementasan wayang golek berlangsung lebih dari tujuh jam sementara di Saung Angklung Udjo yang ditampilkan adalah demonstrasi wayang golek; bagaimana wayang berbicara, menari dan berkelahi. Meski kami tidak mengerti bahasa yang digunakan namun tawa tak bisa ditahan ketika salah satu wayang memukuli kepala wayang lainnya.

Juga Asyik Dibaca: Menikmati Bebek Panggang di Towak


Berikutnya pertunjukan tarian kuda lumping oleh bocah pria yang diuruti dengan permainan angklung murid-murid Saung Angklung Udjo. Dilanjutkan dengan pertunjukan arumba (gabungan permainan arumba, kulintang dan angklung) oleh remaja dari beberapa negara seperti Korea, Australia, Inggris, Papua New Guinea hingga Jepang. Berturut-turut atraksi berikutnya adalah pencak silat dan angklung mini. Dalam pertunjukan angklung mini para pengunjung diajak bernyanyi bersama diiringi permainan angklung dari adik-adik yang usianya di bawah delapan tahun.

Nah, acara selanjutnya sangat menarik bagi semua pengunjung karena kami diajari bagaimana caranya bermain angklung! Masing-masing pengunjung dibagikan angklung yang ada nomornya (nada) dan kami diajari mengenal kode nada yang diberikan oleh MC. Wow, tidak disangka kami akan bermain angklung, menciptakan harmonisasi nada, bersama orang-orang yang tidak kami kenal di dalam ruang pertunjukan ini! Sesederhana itu kode angklung, secepat itu nada-nada bersahut, seharmoni itu membuai kuping. Pengalaman yang satu ini benar-benar unik dan rasanya ingin terus terulang. Beberapa lagupun mengalun seperti; I Have a Dream, Falling In Love hingga Heal The World-nya Michael Jackson. Semua pengunjung terlihat hanyut dan tidak ingin berhenti bermain angklung! Tapi pertunjukan tetap harus berlanjut.


Setelah bermain angklung bersama kami disuguhkan atraksi angklung orkestra dan salah satu lagu yang dimainkan berjudul Ten Out of Ten. Yang paling akhir dari Pertunjukan Bambu Petang ini adalah menari bersama pengunjung diiringi permainan angklung.

Puas adalah kata yang tepat mewakili perasaan kami setelah menyaksikan Pertunjukan Bambu Petang di Saung Angklung Udjo. Letih serta pikiran tentang beristirahat di hotel lewat sudah. Suasana ramah, tempat dengan aura seni yang kental, suara angklung, riuh tepuk tangan, semua melengkapi kebahagiaan bisa berada di tempat ini. Betul sekali bila Pagelaran Angklung Khusus yang dibuat oleh bapak Daeng Soetigna (Alm) disambut baik oleh kalangan akademis sebagai suatu alat pembantu pendidikan musik dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan angklung memiliki sifat 5 M; Mudah, Murah, Mendidik, Menarik dan Masal.

Tahukah Anda? Saung Angklung Udjo dalam IBBEX 2010 mementaskan angklung sebagai penutup event yang telah menghibur dan memberi pelajaran angklung secara spontanitas dan berharga. Tiga hal pokok dari angklung adalah konsentrasi, sinergi dan harmoni.

Belajar Budaya dan Toleransi


Ini poin pentingnya. Belajar budaya di Saung Angklung Udjo jelas sudah. Angklung sebagai alat musik hasil kebudayaan betul telah mengajarkan kami (para pengunjung) tiga hal: konsentrasi, sinergi, dan harmoni. Poin terakhir, harmoni, baru dapat tercipta apabila adanya toleransi dari para pemain angklung. Setuju? Harus! Bayangkan saja; seandainya saya tidak mau bertoleransi dengan pemain lainnya, lantas membunyikan angklung saya sekehendak hati, mau jadi apa? Jadi hancur. Oleh karena itu tidak salah bukan pernyataan: belajar budaya dan toleransi di Saung Angklung Udjo

Hal ini mengingatkan saya pada lagu Backstreet Boys: As Long As You Love Me. 

I don't care who you are,
Where you from,
What you did,
As long as we tolerate each other!

Maka harmoni dan keindahan pasti tercipta.

Orang Indonesia harus belajar toleransi melalui budaya yang satu ini. Angklung! Karena permainan angklung baru bisa dinikmati ketika dimainkan oleh banyak orang yang saling bertoleransi agar tercipta harmoni dari lagu-lagu yang dipilih.

⇜⇝

"Saya mendapat pesan dari Bapak Angklung Dunia, Daeng Soetigna (Alm), untuk meneruskan misinya memperkenalkan ANGKLUNG ke semua orang di seluruh dunia agar dikenal di mana-mana, dengan sebuah gagasan bahwa melalui penampilan kesenian musik ANGKLUNG akan dapat membantu mendorong terciptanya kedamaian di dunia, yang kita cintai dan kita tinggali ini."
[Abah Udjo (Alm)]

Kalau kalian sempat traveling ke Provinsi Jawa Barat, jangan lupa untuk berkunjung ke Saung Angklung Udjo, dan rasakan sendiri sensasinya.

Oh ya, keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi salah seorang pengrajin wayang golek. Bapak yang satu ini:


Ternyata lucu juga belajar memainkan golek:


Lebih lucu lagi, saya pernah SEBESAR ITU! Hahaha. Lehernya manaaa leher. Ya Tuhan. Mau tidak diikutkan dalam pos ini, rugi juga. Soalnya itu satu-satunya foto saya bercengkerama dengan wayang golek. Sayang kan kalau tidak diunggah.

Juga Asyik Dibaca: Spot Instagramable di Hutan Pinus Wisata Kebesani


Semoga pos ini bisa menjadi sumber informasi bagi kalian yang hendak mengunjungi Saung Angklung Udjo. Perlu diingat, ini adalah kisah perjalanan tahun 2010. Harga karcis masuk tentu bisa berubah (naik), dan pasti banyak pertunjukan lainnya. Setidaknya saya senang sudah berbagi perjalanan ke Saung Angklung Udjo bersama kalian.

Happy Traveling!



Cheers.

Komentar

  1. Saya mengenal dan bermain anklung saat itu masih SD
    Wah saya belum pernah datang ke saung Udjo, semoga lain waktu bisa kesana, harga tiketnya juga tergolong murah tu jika sudah termasuk souvenir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas Bumi, kalau termasuk souvenir mah muraaah hehehe. Yuk ke sana lagi :D

      Hapus
  2. Aku pernah megang angklung dan menggoyangnya tapi gak pernah diajak memainkan satu lagu saja.. hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiks hahah kalau main solo, angklungnya kudu banyak digantung gitu ya, kalau beramai-ramai, orangnya yang ditetapkan per nada :D

      Hapus
  3. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus
  4. Keren. Kalau ada waktu sempatkan baca ini juga ya. https://insancerdaspolitik.blogspot.com/2018/08/toleransi-dan-politik-multikulturalisme.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Untuk pertanyaan penting dengan respon cepat, silahkan hubungi nomor WA 085239014948 (Chat Only!)