Tanaman ini tumbuh subur di sekitar Pustu Towak.
Tanggal 4-5 Februari 2019 saya (bersama Tim Promosi Universitas Flores) berkesempatan kembali ke Kota Mbay, Ibu Kota Kabupaten Nagekeo, untuk perjalanan dinas mempromosikan Universitas Flores (Uniflor) di SMA/sederajat. Perjalanan itu saya sebut jalan-jalan kerja. Jalan-jalan kerja memang selalu menyenangkan. Yang namanya jalan-jalan kerja, tentu agenda jalan-jalan, usai pekerjaan utama kelar, berhukum fadhu'ain. Teman-teman yang menggunakan bis kami sebut Tim Bis, sedangkan yang menggunakan sepeda motor kami sebut Tim Sepeda Motor.
Asyik Dibaca: Magepanda, Negeri Dongeng dari Pulau Flores
Encim di mana? Iwan ke situ sekarang, jemput Encim, dia bawa pick up. Kami di Towak, Encim. Langsung di Pustunya.
Itu pesan yang dikirim oleh Reni, isteri keponakan saya Iwan, sesaat setelah saya mengabari sudah tiba di Kota Mbay yang hari itu tingkat kecerahannya level nirwana. Tapi pagi itu saya masih berkumpul bersama teman-teman Tim Promosi Uniflor 2019 di rumah Pak Selus, dan kami sedang membagi sekolah, SMA/sederajat, tujuan sosialisasi kampus. Pekerjaan harus diutamakan. Selanjutnya ... terserah saya mau ke mana pun suka. Haha. Akhirnya saya berjanji untuk mengabari Reni kembali apabila pekerjaan sudah well done. Insha Allah.
Pekerjaan memang selesai lebih cepat dari estimasi waktu. Makan siang bersama Tim Motor (Thika, Cesar, dan Rolland) pun sudah lebih dulu tancap gas karena perut mulai konser musik rock. Tim Bis mengabari kalau mereka sedang memesan makan siang di sebuah restoran, berbeda dari restoran tempat Tim Sepeda Motor makan siang. Tim Sepeda Motor langsung meluncur ke restoran tersebut dan menonton drama penantian pesanan makan siang yang belum juga datang. Haha. Sekitar pukul 13.00 Wita, akibat sakau kopi dan bosan menonton drama di restoran itu, saya dan Thika pun pamit. Berangkat ke Pustu Towak. Cesar dan Rolland berjanji akan menyusul.
Encim ke arah Riung saja, nanti saya tunggu di pinggir jalan, di sebuah kios.
Itu pesan dari Reni saat saya mengabari kalau sedang bersiap menuju Pustu Towak. Dan, benar saja, Reni dan anak kedua mereka, Rayhan, memang sedang berada di kios/warung untuk berbelanja. Hore!
Pustu Towak
Towak merupakan sebuah wilayah Kabupaten Nagekeo yang letaknya berada di jalan Trans Mbay - Riung. Untuk diketahui, Riung yang terkenal dengan Taman Laut 17 Pulau Riung itu, berada di wilayah Kabupaten Ngada bukan Kabupaten Nagekeo. Pustu Towak merupakan pusat pelayanan kesehatan di daerah Towak. Letaknya tidak di pinggir jalan tetapi akses ke pustu tersebut juga tidak sulit. Iwan dan Reni menempati rumah dinas dari Pustu Towak karena Reni adalah bidan yang bertugas di situ.
Di atas, penampakan Pustu Towak. Rumah dinasnya terletak di samping kanan bangunan ini. Pustu dan rumah dinasnya berada di tengah ladang milik masyarakat dengan jarak rumah lumayan jauh-jauhan. Begitu tiba, Thika langsung tepar, sedangkan saya mengobrol santai bersama Iwan. Reni sendiri masih mengurus pekerjaannya, maklum dia satu-satunya petugas di Pustu Towak, sambil sesekali menemani kami mengobrol. Tentu, ditemani kopi panas yang rasanya yahud.
Saat sedang mengobrol, saya terkaget-kaget waktu ada tetangganya yang datang mengantar ikan segar hasil memancing di laut.
Iwan dan Reni lantas bercerita bahwa kehidupan mereka di Towak serba berkecukupan karena tidak pernah kesusahan beras, ikan, dan sayur. Kalau bumbu-bumbu sih memang harus membeli di pasar. Tapi, menurut Iwan, yang pasti beras tidak akan pernah kesusahan. Ya, karena Nagekeo kan terkenal sebagai pusat penghasil beras terbaik. Mereka sering mendapat jatah beras gratisan dari tetangga sekitar, para pemilih lahan sawah, terutama bila pick up milik Iwan dipakai untuk mendistribusikan karung-karung berisi beras tersebut. Bonusnya bisa 50-an kilogram beras! Selain itu, Iwan juga bercerita tentang daging domba yang rasanya aduhai lembutoooozzzz. Tapi sayang hari itu kami tidak menikmati daging domba hahaha.
Asyik Dibaca: Spot Instagenic di Hotel Pepita Mbay
Sekitar pukul 15.00 Wita, saat melihat tetangganya sedang membereskan padi-padi yang dijemur, Iwan pun pamit untuk membantu. Biasanya dia yang bertugas membawa karung-karung padi kembali ke gudang penyimpanan, menggunakan sepeda motor. Nah, saya pun pergi menjemput Cesar dan Rolland yang nampaknya nyasar jauh dari Pustu Towak.
Halaman di Depan Pustu Towak
Di depan Pustu Towak terletak halaman luaaasss sekali, persis lapangan sepak bola, semacam lahan yang tidak dipakai untuk berocok tanam, yang dimanfaatkan warga untuk menjemur padi milik warga setempat. Setelah Cesar dan Rolland tiba di rumah, berjalan kaki saya menyusul Iwan ke halaman luas tadi. Lagi pula, dekat ini. Di sana, Iwan membantu salah seorang tetangganya yang sedang membereskan padi-padi kembali ke gudang penyimpanan.
Di sekitar halaman yang luas ini ada terpal-terpal yang ditutup rapat, mungkin pemiliknya belum berniat menyimpan padi-padi itu kembali ke gudang. Entahlah, saya tidak bertanya lebih lanjut. Tapi di sekitarnya tumbuh subur tanaman yang satu ini. Waktu saya search gambar ini di Google, jawabannya tanaman ini termasuk dalam rumpun Mili Vanili lily family.
Puas mengeksplor sekitar halaman di sekitar Pustu Towak itu, saya kembali ke rumah, mengobrol bersama Cesar dan Rolland. Tak lama datanglah Noviea Azizah yang berjanji menemani kami ke Bukit Weworowet. Cerita tentang Bukit Weworowet dan keindahannya bisa kalian baca di pos berjudul Bukit Weworowet, Nagekeo.
Bebek Panggang Hebring
Kembali dari Bukit Weworowet, matahari sudah hilang dari peredaran. Tiba di rumah, saya melihat Iwan dan Reni sedang sibuk di belakang. Ternyata mereka sedang menyiapkan bakal makan malam kami. Yipieeee! Iwan sedang membakar bebek yang sudah disembelih. Katanya, membersihkan bulu bebek dan ayam itu lebih cepat dengan cara dibakar bulunya ketimbang direndam/disiram air panas. Okay, noted. Mari kita bantuuuuu ... bantu mengobrol ... haha. Soalnya, secara kepangkatan keluarga, saya tidak diijinkan sama Reni memegang satu pun pisau. Dududud. Jadinya si Thika dan Novi saja yang membantu Reni menyiapkan bumbu dan sayuran, Cesar dan Rolland membantu Iwan membakar bebek dan ikan, sedangkan Andika dan Rayhan sok sibuk ikut-ikutan.
Meskipun sempat diselingi acara pemadaman listrik, kami tetap riang gembira di belakang rumah dinas itu, menyelesaikan hehe. Sementara itu, Iwan pergi ke Kota Mbay untuk menjemput Daniel Wolo untuk bergabung dengan kami.
Bebek panggang siap, ikan bakar dan ikan goreng siap, sayur siap, sambal juga siap, mari kita nikmati makan malam ini. Untungnya listrik pun sudah kembali menyala. Hehe.
Makan malam, lesehan, ditemani obrolan ini itu, serta sambal yang menggugah selera, sungguh sulit untuk dilupakan. Saya bahkan sejenak melupakan diet dan karbo ha ha ha. Yang penting makan saja dulu. Cukup nasinya, tambah ikannya, lagi, lagi, dan lagi. Menulis ini, jadi pengen kembali ke Towak, tidur-tiduran santai, dan menikmati makan malam begini setiap malamnya.
Usai makan malam, kami masih lama mengobrol di teras, sambil menikmati suasana malam yang tenang di Towak. Sekitar pukul 23.00 Wita, kami kembali ke Kota Mbay, tepatnya ke Hotel Pepita Mbay, tempat teman-teman Tim Promosi Uniflor 2019 menginap.
Terimakasih Iwan, Reni, Andika, Rayhan. Love youuuuu :)
Orang Flores adalah orang-orang yang ramah. Mereka akan menganggapmu saudara, terutama jika secangkir kopi sudah tersaji. Bukan, bukan karena Iwan dan Reni adalah keponakan saya, tapi karena memang tipikal Orang Flores pada umumnya memang seperti itu. Kalau kalian menemukan kasus/cerita Orang Flores peliiiiitttt, itu sih satu dari seribu. Menurut saya. Haha. Karena, sepanjang saya bepergian keliling Pulau Flores, selalu saya menerima perlakuan super duper ramah dan penuh kekeluargaan. Nanti saya akan menceritakan tentang keramahan Papi Mami di Kota Larantuka, serta keluarga Kak Ella dan Bapatua di Kota Maumere.
Satu hal yang harus saya lakukan di Kota Mbay, nanti kalau ke sana lagi, adalah menikmati daging domba bakar. Haha.
Asyik Dibaca: Puskesmas Cantik di Tanah Ubi Roti
Mari yuk ke Pulau Flores!
Cheers.
Wah, itu makanannya nampak lezat. Ikan di sana segar-segar ya? Saya juga penggemar bebek lho, tapi biasanya makan bebek goreng.
BalasHapusIya Kakak @Dyah, ikan di sini ikan segar-segar yang baru ditangkap jadi rasanya manis-manis bergembira begitu hehehe. Saya tidak terlalu suka bebek sih, Kak, tapi kalau ada ya sikaaat hahahah :D
HapusEnak ya Kak Tuteh jalan2 kerja, lalu hidangan makan siang udh menanti bebek panggang, ikan bakar dan ikan goreng kok banyak sekali ya,..e ternyata masih kurang satu daging domba bakar,...apa perutnya masih pada muat nih kalau benar2 ada :-D
BalasHapusbisa 2 porsi nasinya mas ini..
BalasHapusAish, itu bebek Flores kah...
BalasHapusEmpuk g?
Sy senang sx dengan bebek, mau goreng atau bakar. Selama ni kalau plg ke Flores belum pernah disajiin bebek, sejauh ini ternaknya hanya ada ayam, babi saja. Jadi penasaran olahan bebek dari tanah Flores.
Ikan-ikan segarnya sudah pasti mantab jiwa .. ;)
Di sana nampaknya subur ya tempatnya, beda sekali dengan kampung ku di Mudetelo, di sana tanah nya krg subur, tandus tebing2. Memang, Flores itu all in one
AJO_QQ poker
BalasHapuskami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) | pin bb : 58cd292c "