Seperti di luar negeri ya. Awesome.
Don't judge a book by its cover. Jangan menilai Kabupaten Ende dari sampulnya saja. Mungkin kalian pernah mendengar cerita tentang Kabupaten Ende yang begitu-begitu saja. Mungkin kalian juga pernah mendengar cerita tentang Ibu Kota Kabupaten Ende yaitu Kota Ende yang kecil, tidak punya transportasi kereta api, tanpa skyscrapper menjulang, serta tidak satu pun berdiri mall gagah gemerlap. Tapi bagi saya Ende adalah segalanya. Di kota sekecil ini kami punya satu bandara yang beroperasi sejak era 80-an. Di kota sekecil ini kami punya dua terminal dalam kota yaitu Terminal Ndao untuk pintu masuk arah Barat dan Terminal Rewarangga di Roworeke untuk pintu masuk arah Timur. Bagaimana dengan pelabuhan? Pelabuhan Bung Karno (dulu disebut Pelabuhan Ende) dan Pelabuhan Ippi. Belum lagi pelabuhan untuk sektor bisnis dan ekonomi, serta pelabuhan rakyat.
Baca Juga : Nggela Kami Latu
Tidak salah jika di Kota Ende sendiri ada banyak pelabuhan karena memang dikelilingi oleh pantai dan gunung. Ada Teluk Ende, ada pula tanjung yang disebut Tanjung (saja). Komplit.
Bicara soal pelabuhan, hari ini saya berkesempatan berkeliling Pelabuhan Ippi. Niat sebenarnya setelah pulang kantor adalah pergi ke daerah Arubara untuk mencari data tambahan melengkapi tulisan serta foto yang sudah didraf tentang Pantai Mauwaru di Arubara itu. Tapi kok mata dan jiwa saya kemudian terpanggil kembali dan melaju menuju Pelabuhan Ippi.
Bicara soal pelabuhan, hari ini saya berkesempatan berkeliling Pelabuhan Ippi. Niat sebenarnya setelah pulang kantor adalah pergi ke daerah Arubara untuk mencari data tambahan melengkapi tulisan serta foto yang sudah didraf tentang Pantai Mauwaru di Arubara itu. Tapi kok mata dan jiwa saya kemudian terpanggil kembali dan melaju menuju Pelabuhan Ippi.
Jalan menuju Arubara.
Mari bercerita tentang Pelabuhan Ippi.
Pada tanggal 26 September 2004 sebuah kapal roll in roll out (roro) yaitu KM Nusa Damai atau sering kami sebut Kapal SP karam di Pelabuhan Ippi - Ende. Karamnya sangat memprihatinkan yaitu selama beberapa hari tubuh kapal mengalami kemiringan dan kemudian tenggelam. Muatan kapal roro itu banyak, terutama truk-truk besar yang mengangkut komoditi atau barang-barang bisnis, mobil yang dibeli atau dibawa dari daerah lain, hingga penumpang. Dulu saya sempat pergi ke sana dan melihat pengangkatan truk-truk fuso dari dasar laut di pelabuhan; dalam kondisi sudah berkarat. Tapi bangkai kapalnya sendiri masih sulit diangkat. Sulitnya bangkai kapal diangkat dan permasalahan lainnya menyebabkan perekonomian Kabupaten Ende seakan lumpuh. Bayangkan, barang-barang atau truk fuso harus di-drop di Maumere atau Labuan Bajo terlebih dahulu baru dikemudikan ke Ende.
Baca Juga : Lunch at Beach
Apa solusi yang bisa dilakukan dengan melihat kondisi bangkai kapal yang masih sulit disingkirkan? Membangun dermaga Ippi II di samping dermaga yang sudah ada tapi belum dapat digunakan itu. Yess! Akhirnya KM Awu kemudian sandar perdana di Dermaga Ippi II pada 5 Januari 2016 yang lalu. Lantas diikuti pula oleh kapal-kapal roro yang sebelumnya juga ada yang merapat di Pelabuhan Bung Karno. Perekonomian kembali menggeliat. Bahkan ada tambahan-tambahan kapal lagi yang bakal beroperasi di Kabupaten Ende. Ini bagus sekali.
Apa solusi yang bisa dilakukan dengan melihat kondisi bangkai kapal yang masih sulit disingkirkan? Membangun dermaga Ippi II di samping dermaga yang sudah ada tapi belum dapat digunakan itu. Yess! Akhirnya KM Awu kemudian sandar perdana di Dermaga Ippi II pada 5 Januari 2016 yang lalu. Lantas diikuti pula oleh kapal-kapal roro yang sebelumnya juga ada yang merapat di Pelabuhan Bung Karno. Perekonomian kembali menggeliat. Bahkan ada tambahan-tambahan kapal lagi yang bakal beroperasi di Kabupaten Ende. Ini bagus sekali.
Wajah baru Pelabuhan Ippi dengan dua dermaga yaitu dermaga I dan dermaga II betul-betul luar biasa. Ini penampakannya dari jalan menuju Arubara:
Pemandangan ini yang bikin saya tertarik. Ada menara suarnya! Mungkin dulu juga ada tapi tidak tertangkap mata saya. Sampai di sini, saya berpikir untuk tidak meneruskan perjalanan ke Arubara melainkan putar balik menuju Pelabuhan Ippi dengan dua dermaganya itu. Kalau kalian melihat ada dermaga lain, itu dermaga milik Pertamina.
Penampakan bagian depan terminal Pelabuhan Ippi. Saya menguatkan hati, cie, untuk melajukan Onif Harem menuju dermaga I. Busyet pemandangan dari dermaga I ini luar biasa, kawan. Berasa pengen piknik siang-siang hahaha.
Dari dermaga I saya pindah ke dermaga II dengan pemandangan yang tidak kalah memikat:
Lalu apa hubungannya Pelabuhan Ippi dengan blog travel ini? Yang pertama: kalian, para traveler, tentu ingin tahu kan prasarana yang mendukung transportasi dari dan ke Ende? Salah satunya sedang kalian baca ini yaitu Pelabuhan Ippi. Jarak antara Pelabuhan Ippi ke pusat kota lebih jauh ketimbang jarak antara Pelabuhan Bung Karno dengan pusat kota. Tapi jangan kuatir, banyak kendaraan umum dan ojek yang bisa dimintai bantuan jasanya untuk mengantar kalian ke penginapan di pusat kota.
Tapi karena Kota Ende ini kecil, jarak yang menurut saya jauh itu sebenarnya tidak seberapa jauh lah hahaha. Lagi pula Pelabuhan Bung Karno kan memang di pusat kota, berdekatan dengan Taman Renungan Bung Karno dan Situs Bung Karno.
Baca Juga : Puskesmas Cantik di Tanah Ubi Roti
Dulu, keluarga kami (Pharmantara) adalah keluarga penggila piknik. Sampai sekarang sih sebenarnya, hehe. Selain Sungai Nangaba dan Bita Beach, Pantai Ippi merupakan salah satu pilihan menghabiskan makan siang alih-alih makan siang di rumah. Pantai Ippi yang berpasir hitam itu memang tidak landai tapi masih ada space buat menggelar tikar dan makanan. Masih banyak sumber daya gratis untuk menghasilkan api modal membakar ikan, pisang, dan ubi. Kalau es buah sih diracik dari rumah. Gitar? Wajib dibawa! Kan harus nyanyi riang gembira. Piknik di Pantai Ippi biasanya diikuti oleh sekeluarga besar; tentu makan besar. Tetapi (alm.) Bapa melarang kami bermain air laut tanpa binen dan/atau jerigen. Dulu saya tidak tahu alasan mengapa (alm.) Bapa bersih keras melarang kami, yang masih krutu-krutu alias para krucil, mandi tanpa binen. Sekarang, saya sudah tahu alasannya ... kuatir anaknya tenggelam karena SI ANAK BUNGSU TIDAK BISA BERENANG.
Busyet :p haha.
Pelabuhan Ippi merupakan salah satu pelabuhan yang masuk di dalam video anak ACI 2011 yang mengelilingi Pulau Flores dan Pulau Sumba selama 16 hari (CMIIW). Di dalam video itu ada anak-anak yang sedang mandi di laut, meloncat dari dermaga, karena MEREKA BISA BERENANG! Huhuhu. Kan saya tidak bisa berenang. Ini kutipan dari pos yang satu ini:
Saya tidak bisa berenang. It is funny! Indeed. Mengingat saya tinggal di Kota Ende yang dikelilingi laut (dan gunung). Bahkan jarak dari rumah saya ke Pantai Ende hanya membutuhkan waktu sepuluh menit berjalan kaki. Tapi saya tergila-gila sama laut. Untuk mengatasinya, setiap kali ke pantai/laut pasti membawa binen alias ban dalam mobil yang telah digelembungkan (dan/atau jerigen kosong). Lebih sering membawa binen karena satu binen bisa dipakai beberapa anak sekaligus. Hampir setiap rumah punya binen yang dikeluarkan setiap Hari Minggu saat anak-anak memutuskan untuk mandi laut ketimbang bermain masak-masakan atau main wayang.
Akhirnya, setelah puas mengeksplor Pelabuhan Ippi baik dermaga I dan dermaga II, saya pun pamit pulang pada si pelabuhan untuk bisa menulis ini. Jadi, jika kalian datang ke Ende, dan punya waktu yang cukup, jangan lupa ajak saya piknik dan tidur siang di Pantai Ippi. Tidur di Stadion Marilonga saja saya bisa, apalagi di Pantai Ippi haha.
Yuk, datang ke Ende.
Cheers.
Kapan sih ya bisa tiduran di pantai Ippi sambil melihat dermaganya dan naik ke mercu suarnya. Ah...semoga mimpi bisa menjadi kenyataan.
BalasHapusInsha Allah mimpi jadi kenyataan hehehe... pokoknya ditunggu di Ende any time! :)
HapusBoss.. Sy mau nanya dong. Ada gk penyeberangan dari Flores ke Sumba yg beroperasi tiap hari & bs menyebrangkan motor jg(kapal ferry)?? Mksh
BalasHapus