Mengenal Lebih Dekat Biji Kopi di Rumah Kopi Flores

 


Mengenal Lebih Dekat Biji Kopi di Rumah Kopi Flores. Sebelum 1000 AD (Anno Domini/Kalender Masehi) Orang Galla atau Orang Dromo dari Ethiopia mulai makan biji kopi bubuk yang dicampur dengan lemak hewani untuk energi ekstra. Tercatat, tersebutlah seorang gembala kambing bernama Kaldi menyaksikan kambing-kambingnya melompat-lompat dengan energi yang meningkat setelah mengunyah buah dari semak-semak kopi yang tumbuh liar di ladangnya. Kaldi juga diduga menjadi orang pertama yang memperoleh keuntungan dari kafein. Berita tentang Kaldi pun tersebar dan mengonsumsi kopi menjadi kebiasaan nasional. Barulah pada tahun 1453 kopi diimpor ke Konstantinopel oleh Turki Ottoman. Dan toko kopi pertama di dunia, bernama Kiva Han, dibuka di sana pada tahun 1475. (The Book of Origins, Trevor Homer, 2006:118).


Juga Asyik Dibaca: Konsep Pecinta Alam dan Traveling di Kafe Hola


Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh cobaan. Saya pernah menulis tentang Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Dunia Pariwisata. Karena Covid-19 memang merupakan cobaan berat bagi semua orang, termasuk para pelaku pariwisata terutama para pengelola tempat wisata, penginapan, transportasi, hingga kafe/restoran. Tapi Covid-19 tidak menyurutkan semangat orang-orang termasuk Nenny Manggosahabat masa kecil saya, untuk membuka tempat nongkrong bernama Rumah Kopi Flores. Saya selalu menanggapi secara positif semua niat dan pekerjaan baik. Tentu, saya mendukung niat Nenny untuk membuka tempat nongkrong yang mengutamakan edukasi kopi. Semua bermula dari Watu Ata Coffee.


Watu Ata Coffee


Neny mempunyai kebun kopi di Kabupaten Ngada. Kopi dari kebunnya itu dikelola dengan sangat baik dengan brand keluaran bernama Watu Ata Coffee. Watu Ata Coffee mempunyai tiga varian yaitu Single Origin, Lanang, dan Honey. Dari ketiga varian tersebut saya paling suka Honey karena meskipun diseduh tanpa gula pun ada rasa manis yang membayang seperti wajah mantan. Hal itu tidak terlepas dari proses awalnya. Menurut Nenny, Honey melewati proses penjemuran yang lebih lama dari varian lainnya. Lanang merupakan biji kopi pilihan dengan fungsi meningkatkan stamina terutama lelaki. Sedangkan Single Origin merupakan bubuk kopi yang melalui proses pembuatan bubuk kopi secara umum. Karena rasanya yang super enak, tidak heran jika Watu Ata Coffee telah dikirim hingga pelanggan di luar negeri.



Watu Ata Coffee juga dibeli oleh beberapa pengelola kafe di Kota Ende dan sekitarnya. Karena rasanya memang super enak! Para penikmat kopi mengakui soal rasa Watu Ata Coffee.


Rumah Kopi Flores


Setelah kepergian (alm.) Bapaknya, tercetus ide untuk membuka tempat nongkrong yang mengutamakan edukasi kopi di rumah Nenny yang terletak tepat di pinggir Jalan Garuda, Kota Ende. Rumah utama sangat besar. Di bagian depan rumah utama ini berdiri bangunan yang dulunya berfungsi sebagai kantor. Halaman samping rumah Nenny juga uh wow luas sekali dengan pohon-pohon mangga rindang. Pada halaman ini juga berdiri bangunan lama-terabaikan yang dulunya merupakan tempat bilyar. Maklum, sebelum menjadi petani kopi moderen di Kabupaten Ngada, Nenny bekerja di Pulau Bali sehingga banyak aset yang tidak diuruskan selama dia tidak berada di Kota Ende. 


Tempat Nongkrong 5 Langkah Dari Rumah Saya. Hahaha.


Banyak teman yang membantu proses awal hingga Rumah Kopi Flores berdiri. Sebut saja Adar si pemilik Kedai Kampung Endeisme. Saya sendiri tidak dapat banyak membantu karena kesibukan pekerjaan ini itu sampai persiapan pernikahan keponakan. Tetapi saya terus memantau, cieee kayak mandor, perkembangan pembangunan Rumah Kopi Flores. I mean, untuk tenaga pasti saya tidak bisa sepenuhnya membantu Nenny, tapi untuk sumbangsih pikiran dan semangat ... bolehlah. Haha. Sekaligus, saya menerima banyak informasi tentang kopi dari Nenny setiap kali dia bercerita sambil menunjukkan foto-foto. Foto-foto itu yang bakal menjadi bagian dari edukasi kopi di Rumah Kopi Flores. Kelak, ketika pigura besar foto-foto itu telah dipajang di dinding, Nenny bakal bercerita tahap demi tahap sampai secangkir kopi hadir di atas meja. Dia melakoninya, dia lah story teller terbaik.


Saya ingat, tanggal 4 Desember 2020 kami melakukan tester menu sekaligus sesi pemotretan menu-menu untuk daftar menu. Rumah Kopi Flores memang mengutamakan edukasi kopi tapi tidak terlepas dari tempat nongkrong dimana tempat nongkrong umumnya menyediakan minuman dan makanan. Dengan sentuhan Canva, maka jadilah menu berikut ini:



Fast forward, Rumah Kopi Flores pun dibuka untuk umum.


Deni Wolo, Violin Kerong, Thika, Nenny.

Berteman dengan banyak orang adalah kunci utama kesuksesan. Siapa yang mau datang ke Rumah Kopi Flores kalau tidak dimulai dari teman-teman sendiri? Teman selalu berada dalam circle-nya sendiri, dan alangkah senangnya ketika si teman juga mengajak orang-orang di dalam circle-nya itu. Ramailah! Bahkan ada yang khusus datang untuk membeli Watu Ata Coffee. Dan edukasi kopi pun tetap berjalan. Nenny selalu menemani para pelanggan/tamu untuk sekadar mengobrol atau bercerita serius tentang kopi. This place like the real Filosofi Kopi. Oh ya, nantinya bakal ada pojok buku. Uwuuu siapa bisa menolak ngopi cantik sambil membaca buku?


Juga Asyik Dibaca: Seni Lukis dan Seni Kata di Kedai Kampung Endeisme


Saya percaya Rumah Kopi Flores akan terus berkembang dan ramai dikunjungi orang. Saya menyaksikan sendiri usaha seorang perempuan tangguh membangunnya. Semangat Nenny patut dicontohi oleh semua orang. Tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau mencoba dan berusaha keras. Buktinya ... Rumah Kopi Flores.


Jika kalian datang ke Kota Ende, jangan lupa kunjungi Rumah Kopi Flores! Tempat nongkrong lima langkah dari rumah saya. Hehe.


Happy Traveling.


Tuteh

Komentar