Konsep Pecinta Alam dan Traveling di Kafe Hola. Kabupaten Ende tidak pernah kehabisan tempat wisata karena selalu ada temuan spot-spot baru yang amazing untuk wisatawan baik oleh Dinas Pariwisata maupun oleh para pejalan-solo. Kabupaten Ende juga tidak pernah kehabisan tempat nongkrong karena selalu ada kafe-kafe yang fantastis dan cozy, pun pantai-pantai yang dikeloka dengan sangat baik di sekitarnya. Kondisi ini cukup mewakilkan fakta bahwa Orang Ende pada khususnya dan Orang Flores pada umumnya itu kreatif. Pembangunan membutuhkan orang-orang kreatif yang pandai melihat peluang usaha dan peluang wisata, serta cerdik memadukan kedua peluang tersebut.
Juga Asyik Dibaca: Pilihan Wisata Dalam Kota Ende
Ada beberapa kafe atau tempat nongkrong yang ingin saya tulis di blog travel ini selain Beth Black. Beth Black dengan menu-menu berharga terjangkau tentu bukan satu-satunya kafe yang berdiri manis di Ibu Kota Kabupaten Ende yaitu Kota Ende. Masih banyak kafe lainnya yang menjamur di Kota Ende. Itu baru Kota Ende, belum Kabupaten Ende, hehe. Kafe dalam cakupan Kabupaten Ende sudah pernah saya tulis yaitu Lepa Lio Cafe yang terletak di Kecamatan Detusoko, berjarak sekitar 32 kilometer dari pusat Kota Ende.
Kali ini saya mau menulis tentang Kafe Hola. Kenapa saya menulisnya? Pertama-tama adalah karena konsep kafe yang sangat adventure! Marilah kenalan sama Kafe Hola.
Kafe Hola
Kafe Hola berlokasi di Jalan Banteng, termasuk di daerah pusat kota, Kota Ende. Bingung? Coba lihat peta di bawah ini:
Pemiliknya bernama Yusti Ambuwaru. Sahabat karib saya sejak masa SMA sampai sekarang. Karena masih berhubungan darah, meskipun seusia, saya memanggilnya Bibi Nona. Iya, karena pangkatnya memang bibi/tanta. Adalah dosa bagi saya pribadi ketika Bibi Nona membuka kafe puluhan bulan lalu, saya baru mulai nongkrong di kafenya itu di akhir 2019. Ya mau bagaimana lagi, tumpukan pekerjaan baik pekerjaan utama maupun pekerjaan receh juga membutuhkan waktu. Makanya ada yang bilang saya ini: dulunya anak kafe, sekarang anak rumahan. Haha. Koplak.
Menu-menu yang ditawarkan oleh Kafe Hola adalah menu-menu umum yang bisa kalian dapati di kafe lainnya seperti aneka roti bakar, omelet, cake, intel (indomie telur), aneka kopi dari sedaratan Flores, ice lemon tea, dan lain sebagainya. Tapi ada satu menu yang saya tahu persis rasanya sangat menggigit lidah karena Bibi Nona memang paling suka membikinnya sejak zaman dulu dan saya termasuk tester paling utama dan paling rajin melahapnya. Menu itu adalah spageti! Saya jamin, kalian bakal suka sekali sama spageti a la Kafe Hola.
Karena menu-menunya ini cukup friendly dan berharga super terjangkau, jangan heran Kafe Hola selalu dipenuhi dan ramai oleh anak sekolah baik anak putih-biru maupun putih-abu. Bibi Nona selalu bercerita tentang remaja-remaja yang nongkrong di situ, termasuk yang suka gitaran, terus nyanyi-nyanyi. Tapi yang jelas, salah satu fasilitasnya yaitu WiFi gratis tentu menjadi perhatian sendiri bagi millenial.
Konsep Pecinta Alam dan Traveling
Kafe Hola tidak seluas lapangan voli. Hehe. Tapi kafe ini mengembuskan hawa cozy ketika pengunjung melewati pintu masuk (standar, separuh kayu separuh kaca). Dari pintu masuk, bagian kiri depan tertata meja dan bangku berbahan ban mobil serta bangku kotak yang bisa dibuka (semacam tempat penyimpanan). Dindingnya ditempeli gambar Pulau Flores serta titik-titik kota besarnya yang ditarik menggunakan benang mengarah pada foto kota/tempat dimaksud. Di sudutnya terdapat satu buah gitar yang bisa dimainkan oleh pengunjung. Suka-suka. Sedangkan dari pintu masuk, bagian kanan depan tertata bangku. Dindingnya ditempeli tulisan nama-nama gunung serta ketinggiannya masing-masing. Kalian bisa melihatnya pada dua foto di bawah ini:
Juga Asyik Dibaca: Wa'ai Ndota, Makanan Pokok Pengganti Nasi
Bibi Nona adalah anak Mapala yang dulunya, waktu masih di Jogja, rajin banget menaklukkan gunung. Dia juga doyan banget traveling. Makanya, ketika saya akhirnya memutuskan untuk nongkrong di Kafe Hola, saya tidak kaget sama konsep desain interior kafe yang dibikin a la pecinta alam dan dunia traveling. Konon, saya mendengar kabar desain interior terutama beberapa bagian dinding itu dibantu oleh Ramadhan Adar, si juara satu Lomba Mural Triwarna Soccer Festival 2019. Ausam!
Bagian tengah kafe ada disediakan bangku serta meja dan kursi kayu. Dinding-dindingnya pun dipenuhi foto perjalanan dan quotes menarik.
Yang juga tidak kalah menarik dari Kafe Hola adalah di dalamnya dipenuhi barang-barang vintage. Saya yakin pasti meja dan kursi kayu merupakan barang lama peninggalakan kedua orangtua Bibi Nona yang saya panggil Kakek dan Nekek itu. Mesin jahit jadul merek Singer pun sudah pasti milik Nenek, karena dulu saya kursus menjahit di beliau (almarhumah). Kalau jeli pengunjung bisa melihat mesin ketik di sudut meja bar, berdampingan dengan stoples-stoples kopi.
Sumpah, saya ingin sekali bisa mencicip setiap jenis kopi pada setiap kunjungan. Nanti deh, bakal lebih rajin main ke Kafe Hola.
Saya Bukan Alien
Karena sudah cukup lama dicap sebagai anak kafe yang berubah menjadi anak rumahan, dan kebetulan malam itu sedang tidak terlalu banyak pekerjaan, maka saya putuskan untuk nongkrong di Kafe Hola. Sendirian. Tapi tentu tidak sendirian karena saya dan Bibi Nona pasti terlibat obrolan seru berjam-jam. Saya bukan alien, saya masih manusia yang membutuhkan kafe sebagai tempat bekerja. Loh? Hahaha. Ya mau bagaimana lagi. Malam itu, ketika baru tiba di Kafe Hola, memesan makanan dan minuman, tahu-tahu ditelepon oleh Deni Wolo (dosen Uniflor) yang ternyata sedang berada di rumah saya! Astaga. Kami memang harus menyelesaikan satu proyek website.
Tempat bekerja pun pindah dari rumah saya ke Kafe Hola. Ditambah kedatangan Edwin (teman kuliah saya, TNI) dan penyanyi bersuara emas yaitu Deni Parera (juga dosen Uniflor), lengkaplah malam itu. Manapula Deni Wolo juga membawa gitarnya sendiri. Komplit!
Obrolan malam itu berpindah antara saya dengan Bibi Nona; antara saya dengan ketiga lelaki bertubuh bongsor yang sudah saya anggap adik sendiri itu. Hahaha. Serunya bukan kepalang. Manapula kami sangat merepotkan Bibi Nona dengan terus memesan ini itu. Mbok ya sekalian gitu pesannya *pasang muka tidak berdosa*.
Kemarin, Senin yang cukup santai, karena tidak mau dicap alien lagi, saya bersama dua sahabat lainnya yaitu Sony dan Armando pergi berburu sunset di Pantai Ndao, Ende. Kami bertiga memang sering berburu sunset sambil menikmati kopi dan kudapan di pantai. Ndilalah, dengan kaki penuh pasir dan celana separuh basah, kami terdampar pula di Kafe Hola. Di sana saya bertemu juga dengan teman-teman masa SMA yang masih bersatu dalam sebuah WAG. Tunggu apa lagi? Hyuk foto-foto!
Hadijah, Yanti, saya (Presiden Negara Kuning), Shinta yang imuuuut, dan berhijab biru itulah Bibi Nona, si pemilik Kafe Hola.
Juga Asyik Dibaca: MoF Art Gallery
Jadi, kalau kalian datang ke Kabupaten Ende, khususnya Kota Ende, jangan ragu untuk mencari tempat nongkrong. Datang saja ke Kafe Hola. Karena Bibi Nona ini orangnya baik dan doyan traveling, kalian juga bisa bertanya macam-macam hal tentang Pulau Flores padanya. Sudah pasti bakal dia ladeni dengan senang hati. Yang jelas, saya akan tetap menunggu kalian semua datang ke Pulau Flores, datang ke Kota Ende, kita bertemu dan rencanakan perjalanan! Hehe.
Happy Traveling!
Cheers.
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
BalasHapushanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^