Setiap perjalanan mempunyai jiwanya masing-masing. Pun ketika berulang melakukan perjalanan ke tempat yang sama. Seperti perjalanan kemarin, ketika diajak Kakak Nani Pharmantara ke Kota Mbay, Ibu Kota Kabupaten Nagekeo. Tujuan kami adalah daerah Towak, tepatnya Pustu Towak, tempat keponakan saya (Iwan dan Reni) berdomisili di rumah dinas pustu. Lagi-lagi ke Towak. Kalian bisa membaca pos berjudul Menikmati Bebek Panggang di Towak. Seperti tulisan di awal pos tadi, memang benar, setiap perjalanan mempunyai jiwanya masing-masing.
Juga Asyik Dibaca: Proses Pembuatan Tenun Ikat
Karena hari sebelumnya, Sabtu (6 Juli 2019) saya baru balik dari Embung Boelanboong malam hari, sehingga perjalanan ke Kabupaten Nagekeo pada Minggu (7 Juli 2019) tidak bisa dilakukan pagi hari. Saya saja baru betul-betul bisa mengumpulkan nyawa pukul 09.00 Wita. Haha. Buru-buru mandi. Saya dan Thika baru tancap gas ke arah Barat Pulau Flores pukul 09.30 Wita. Dalam perjalanan itu saya melihat pepohonan denga bungan pink yang sekilas mengingatkan saya pada bunga sakura.
Ikan Panggang Lagi
Towak merupakan daerah yang masih dalam wilayah Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo. Letaknya di jalan trans-Flores menuju Riung. Tiba di sana sekitar pukul 11.00 Wita, termasuk cepat, langsung mengobrol di belakang rumah. Sudah ada Kakak Nani, Ka'e Dul, Iwan, Reni, Oris, dan para krucil yang bermain kejar-kejaran. Ditemani angin sepoi-sepoi, kami mengobrol dan bercerita tentang rencana pembangunan rumah pribadi Iwan dan Reni. Ternyata lokasi bakal rumah mereka masih di daerah Towak juga, di pinggir jalan, tepat di kaki bukit.
Obrolan kami sempat diselingi candaan soal ayam peliharaan mereka yang berbulu jabrik. Kata saya, gara-gara cuaca yang terlalu panas, hahahah.
Sambil mengobrol, si Reni bertanya apakah kami mau memakan sayur daun merungge? Ya mau donk! Pas sekali, karena di belakang rumah dinas tersebut berdiri satu pohon merungge yang daunnya cukup lebat dan sering dipetik untuk diolah sebagai lauk temannya nasi.
Siang itu kami memilih makan siang di teras rumah, dengan pemandangan utama lapangan luas yang biasa dimanfaatkan masyarakat untuk menjemur padi dan/atau oleh anak-anak muda dimanfaatkan untuk bermain sepakbola. Yang melengkapi kenikmatan ini adalah tikar anyamannya itu. Haha. Zaman sekarang sudah langka orang menjual tikar anyaman daun (kalau tidak salah daun lontar), kebanyakan tikar plastik atau sekalian pakai karpet.
Sekilas Mirip Sakura, Namanya Pohon Gamal
Usai makan siang, mengobrol, serta merencanakan perjalanan berikutnya saat fondasi rumah dibangun, kami pun pamit pulang. Ke manapun saya pergi, saya selalu memerhatikan kanan-kiri karena pasti ada tempat yang asyik untuk berfoto. Dalam perjalanan pulang, gantian Thika yang membonceng sementara, kami lantas berhenti di jejeran pepohonan ini.
Nama daerah ini Penginanga, tepatnya di ruas jalan sebelum memasuki Kota Mbay. Dulu saya pernah pula memotret di sini. Barisan pohon ini sungguh cantik! Dan sampai sekarang pun kecantikannya tidak berubah.
Perjalanan dilanjutkan hingga saya penasaran dengan pohon-pohon berbunga sekilas mirip sakura. Nah, itu dia ... kami berhenti lagi agar saya bisa memotretnya.
Sekilas memang mirip kan? Dari hasil bertanya via status di Facebook, ada yang mengatakan ini pohon gama atau pohon gamal. Okay, noted. Terima kasih Benny Reo dan Kak Teny Bata yang sudah menginformasikan nama pohon ini.
Kalian tahu apa yang ada di benak saya saat melihat ini? Saya membayangkan pohon ini ditanam berjejer sepanjang jalan-jalan utama di Kota Ende seperti Jalan Soekarno, Jalan Kelimutu, dan Jalan El Tari! Amboiiii! Pasti sedap dipandang mata saat sedang berbunga begini. Pun kalau belum berbunga, bakal mempercantik kota, hijaunya bikin udara jadi lebih baik, dan bisa jadi tempat berteduh. Kalian pasti setuju *maksa*. Hahaha.
Juga Asyik Dibaca: Aimere, Tak Hanya Moke
Bagaimana di tempat kalian, kawan? Apakah ada juga pohon seperti ini? Kabarnya di Pulau Sumba juga ada ... artinya saya harus ke Sumba(?) *ngikik*.
Hyuk, kalau mau menikmatinya juga, ditunggu di Pulau Flores.
Cheers.
Perjalanan dilanjutkan hingga saya penasaran dengan pohon-pohon berbunga sekilas mirip sakura. Nah, itu dia ... kami berhenti lagi agar saya bisa memotretnya.
Sekilas memang mirip kan? Dari hasil bertanya via status di Facebook, ada yang mengatakan ini pohon gama atau pohon gamal. Okay, noted. Terima kasih Benny Reo dan Kak Teny Bata yang sudah menginformasikan nama pohon ini.
Kalian tahu apa yang ada di benak saya saat melihat ini? Saya membayangkan pohon ini ditanam berjejer sepanjang jalan-jalan utama di Kota Ende seperti Jalan Soekarno, Jalan Kelimutu, dan Jalan El Tari! Amboiiii! Pasti sedap dipandang mata saat sedang berbunga begini. Pun kalau belum berbunga, bakal mempercantik kota, hijaunya bikin udara jadi lebih baik, dan bisa jadi tempat berteduh. Kalian pasti setuju *maksa*. Hahaha.
Juga Asyik Dibaca: Aimere, Tak Hanya Moke
Bagaimana di tempat kalian, kawan? Apakah ada juga pohon seperti ini? Kabarnya di Pulau Sumba juga ada ... artinya saya harus ke Sumba(?) *ngikik*.
Hyuk, kalau mau menikmatinya juga, ditunggu di Pulau Flores.
Cheers.
Batu liat jenis pohon ini.
BalasHapusApa khas NTT yah
eh iya ya mirip sakura. Tapi sakura lebih lebat kan yah. Waw...
BalasHapus