Adakah Naga di Kampung Naga?

Tentu tidak! Sama sekali tidak ada naga di Kampung Naga :)

Mari kita kenal kampung yang satu ini. Yups, namanya Kampung Naga. Dalam perjalanan ACI DetikCom tahun 2010 silam, saya sudah menulis kisah perjalanan kami ke Kampung Naga. Bisa dilihat tulisan tersebut di sini. Kampung Naga merupakan kampung tradisional dan aset wisata budaya yang harus terus dilestarikan. Kampung ini termasuk kampung Legok Dage, Desa Neglasari Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Dari Tasikmalaya jaraknya sekitar 30 km. Kalo dari Garut 26 km. Letaknya pada ruas jalan raya yang menghubungkan Tasikmalaya dan Bandung, melalui Garut. Jadi kalo berangkat dari Ende, perjalanannya cukup panjang. Naik pesawat dari Ende ke Jakarta. Dari Jakarta cukup naik travel ke Bandung. Dari Bandung baru ke Tasikmalaya, ke Kampung Naga. Jauh bener yah? ;)) tapi perjalanan yang jauh itu pasti terbayar kok. Percaya deh!

Hari itu, setengah ngantuk, akhirnya mobil sewaan (selama 14 hari) tiba di parkiran Kampung Naga. Tertera tulisan besar ; Selamat Datang Di Kampung Naga. Nah, nama Naga ini berasal dari letak kampung yang berada di gawir atau tebing (nang gawir). Seorang pria menyambut kami. Ternyata guide. Namanya pak Cahyan. Beliau segera mengenakan blankon dan mengajak kami menuruni anak tangga menuju Kampung Naga. Wah, ini nih! Galunggung punya 620 anak tangga, di Kampung Naga ada 439 anak tangga! Rempong deh hihihi. Tapi tangga ini sangat penting! Menjadi akses keluar-masuk penduduk menuju dan kembali dari ‘dunia luar’. Tangga tersebut sudah ditembok (Sunda sengked) sampai ke tepi sungai Ciwulan dengan kemiringan 45 derajat dan berjarak sekitar 500 meter. Tiba di anak tangga paling bawah kami disambut jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai tiba di Kampung Naga. Yang saya bayangkan waktu itu adalah perjalanan pulang yang pasti menguras tenaga dan bikin betis kejang mesra :p

Dari atas terlihat atap rumah penduduk, sejajar-rapi. Tiba di kampungnya sendiri, saya kaget. Ini kampung kok bersih banget yah? Suasananya bikin betah. Kampung ini seperti dikepung oleh hutan, sungai dan sawah. Gemericik air sungai Ciwulan menyambut kedatangan kami *tsah* hahaha. Nah, layaknya orang masuk rumah atau bertamu, kita wajib lapor, bung! Harus isi buku tamu dan dapat ijin resmi dari Wakil Kuncen Kampung; Bapak Hendri. Kalo nggak dapat ijin, jangan harap diperbolehkan keliling kampung! Sebagai Wakil Kuncen, bapak Hendri juga nggak sembarang ngasih ijin soalnya beliau juga harus mempertanggungjawabkan tingkah pengunjung pada Kuncennya; Bapak Ade Suherlin. Tuuuh... masuk rumah orang emang harus pake permisi *digampar massa, emang iya kale, Teh!*

Melihat Kampung Naga seperti melihat sebuah negeri di antah-berantah. Bangunan di kampung ini semuanya seragam. Rumah, masjid, patemon (balai pertemuan) dan lumbung padi. Atapnya terbuat dari daun rumbia, daun kelapa atau ijuk sebagai penutup bumbungan. Dinding rumah dan bangunan lainnya terbuat dari anyaman bambu (bilik). Pintunya terbuat dari serat rotan. Semua bangunan menghadap ke Utara atau Selatan. Selain itu tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami merupakan ciri khas gaya arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga. Nama rumah adatnya adalah Suhunan Panjang sementara itu Bumi Age merupakan nama rumah upacara adat hari besar Islam. Mereka selalu merayakan hari besar Islam dengan upacara yang khusyuk. Contohnya upacara bulan Mulud atau Alif dengan melaksanakan Pedaran (pembacaan Sejarah Nenek Moyang).

Kampung Naga ini adalah kampung yang mandiri. Mereka menghidupi diri mereka sendiri dan nggak bergantung alias tadah tangan sama pemerintah. Itu yang perlu dicontoh oleh masyarakat Indonesia. Luas Kampung Naga ini 35 hektar. 1,5 hektar dimanfaatkan untuk pemukiman, pekarangan dan kolam. Sisanya berupa sawah, sungai, hutan dan lain-lain. Kata pak Cahyan, dalam setahun warga melakukan panen sebanyak 2 kali. Kalo hasil panennya berlimpah alias cukup untuk kehidupan warga hingga 6 bulan ke depan dan lumbung-lumbung penuh, maka sisa panen akan dijual untuk kebutuhan lainnya. Selain dari hasil panen padi, warga Kampung Naga juga menanam obat-obatan tradisional dan menambak ikan di kolam-kolam di sekitar kampung.
Karena Kampung Naga ini merupakan salah satu aset wisata di Jawa Barat, jangan heran bila kampung ini bersih banget! Bersihnya itu yang bikin saya takjub pertama kali. Salah satu contohnya, kamar mandi nggak boleh berada di dalam areal pemukiman. Harus berada di luar pagar. Supaya kebersihan tetap terjaga.

Selain kebersihannya, saya kagum sama para bocah di Kampung Naga. Semangat belajar mereka itu luar biasa! Setiap hari Minggu para bocah belajar Bahasa Inggris di patemon. Mereka diajar langsung oleh ketua guide, pak Ucuk, yang adalah atasannya pak Cahyan. Di hari Minggu anak-anak Kampung Naga diajari bahasa Inggris dan di hari lain, setelah pulang sekolah, mereka belajar agama Islam dengan sungguh-sungguh. Tahukah Anda? Sekolah mereka terletak di luar kampung, sebelah timur dari parkiran, dan setiap hari mereka harus menyusuri anak tangga sejumlah 439 tersebut pergi dan pulang! Semangat mereka patut dicontoh.

Penduduk Kampung Naga sejumlah 314 jiwa (1 RT). Jumlah rumahnya 113 sudah termasuk masjid, balai kampung dan lumbung padi umum. Ada 110 kepala keluarga menghuni Kampung Naga. Dari itu semua Kampung Naga tak pernah meminta yang muluk-muluk pada pemerintah. Mereka berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Satu kali saja pernah terjadi di mana pemerintah mencabut subsidi minyak tanah untuk Kampung Naga. Harga minyak tanah yang awalnya Rp. 2.500 melonjak menjadi Rp. 10.000 dan itu sangat memberatkan penduduk. Suara rakyat kecil rupanya kurang lantang didengar hingga akhirnya Kampung Naga benar-benar menutup diri dari dunia luar. Tidak boleh ada seorangpun wisatawan yang boleh memasuki kampung. Jelas, hal tersebut merugikan pemerintah dan akhirnya ditemukannya jalan keluar. Lewat sebuah lembaga bernama Koperasi masyarakat Kampung Naga dapat kembali bernafas lega. Harga kesepakatan minyak tanah sebesar Rp. 2.900 dirasa masuk akal dan sangat membantu kehidupan mereka.

Mengapa minyak tanah sangat penting di Kampung Naga? Karena tidak ada listrik di kampung adat tersebut! Menurut pak Cahyan, alasan tidak diperbolehkan adanya listrik di Kampung Naga adalah karena :
1. Rumah-rumah di Kampung Naga terbuat dari bahan yang mudah terbakar. Kuatir terjadi korslet arus listrik hingga terjadi kebakaran.
2. Menghindari kecemburuan sosial. Bila yang kaya bisa menggunakan listrik, bagaimana dengan yang kurang mampu? Kekerabatan bisa pecah dan hal itu harus dihindari.

Ketika ditanya harapan Kampung Naga untuk pemerintah, pak Cahyan menjawab, "karena Kampung Naga adalah kampung yang melestarikan adat budaya dan alam, pemerintah harus bisa melindungi..."

Malu juga sama jawaban pak Cahyan. Teringat saya sebagai rakyat Indonesia kadang suka nyinyir dan berharap lebih sama pemerintah. Tapi mereka, penduduk Kampung Naga, nggak harap apa-apa selain dilindungi oleh pemerintah. Nggak nadah tangan ke pemerintah. Mereka sangat mandiri.

Catatan untuk Anda yang hendak berkunjung ke Kampung Naga :
1. Jangan sembarangan memotret bila belum mendapat ijin dari Kuncen.
2. Memotret rumah adat dari luar pagar. Jangan coba-coba masuk.
3. Memotret ibu-ibu harus ijin dulu dikarenakan para ibu suka kaget bila blitz menyala dan akibatnya latah.

Hmmm... kapan-kapan saya mau lagi donk pergi ke Kampung Naga. Kangen sama suasananya yang membumi. Dan pribadi masyarakatnya yang terbentuk dengan penuh kemandirian, kerja keras dan semangat.

Semoga!

Komentar

  1. pengen tau foto penduduknya seperti apa? uplod potonyaaaa

    BalasHapus
  2. Nah itu diah! Beberapa foto tersimpan di flashdisk-nya kacamata CK sayah... dan kacamata itu saya hibahkan pada kakah ipar yang sudah pindah ke Sumbaya -_-* saya kan baik :p hwhwhehwhwe... nanti deh dicari ya, Anno :D

    BalasHapus
  3. Naga yang tersembunyi adalah budaya masyarakatnya yang mandiri dan patut ditiru oleh kampung-kampung yang lain. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Untuk pertanyaan penting dengan respon cepat, silahkan hubungi nomor WA 085239014948 (Chat Only!)