Long Journey

A very long journey;
Ende, Maumere, Larantuka, Adonara Island, Larantuka, Moni, Kelimutu, Ende.



Sejak 2010, sejak saya masih jadi tukang sapu di Kota Maumere, my soulmate traveling pada ACI DetikCom; Yulastriany a.k.a Acie, sudah punya rencana untuk mengunjungi Larantuka saat Paskah 2011. Kebenaran, saya juga punya rencana yang sama. Rencana terpendam ratusan tahun bersama para dinosaurus yang belum terwujud secara kesibukan dan benturan-benturan waktu saling sikut-menyikut.

Lewat email, sms dan telepon, akhirnya saya dan Acie mulai menyusun itinerary perjalanan untuk menyaksikan Semana Santa (menjelang dan Paskah) di Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, yang kesohor hingga penjuru dunia itu. Nyaris dua bulan itinerary tersebut disatukan, diperbaiki, dan akhirnya disetujui oleh kami berdua. Tapiiii dalam hal jadwal, kami memang harus selalu punya persimpangan rencana karena halangan itu pasti ada.

*thanks God, halangan itu memang ada, tapi bukan halangan besar :p*

Itinerary tidak hanya berkutat di Larantuka dan prosesi Semana Santa-nya, tetapi juga mengeksplor wilayah lain seperti Moni, Kota Maumere, dan Pulau Adonara.

Day 1 : Rabu, 20 April 2011

Penerbangan Acie ditunda dari hari Senin, 18 April 2011 menjadi Selasa, 19 April 2011. Cuaca Ende sedang tidak bersahabat. Nyaris dua hari kegelapan total menyelimuti langit kota sejarah ini. Begh... hitam, rintik, gelap, hujan, suram. Begitulah suasananya. Tapi cuaca tidak boleh mematahkan semangat! Rite? Setelah Acie mengirim SMS sudah boarding di bandara Ngurah Rai, saya bersiap-siap menjemput. Meskipun dingin, saya pikir mandi itu harus *aduuuh, informasi nggak penting* xixixixix ;))

Perhitungan saya, dalam dua jam Acie sudah tiba di Ende. Yaaa so so lah. Secara mesti mampir Labuan Bajo dulu. Jadi agak lama bersiap, saya keluar untuk mengisi perut *maab, tuntutan inih begitu menjengkelkan* dan masuk bandara. Di bandara bertemu beberapa orang yang mulai gelisah dan menginfeksi saya untuk ikutan gelisah (geli geli basah :p secara memang lagi basah kota Ende sore itu).

Ternyata dugaan saya benar. Setelah dua pesawat dari dua maskapai berbeda mendarat, pesawat yang ditumpangi Acie... entah ke mana jangan-jangan diserang mutan burung padahal sebelumnya sudah diumumkan pesawat itu bakal mendarat limabelas menit lagi. Hayaaaah... sekitar tigapuluh menit kemudian baru deh Acie sms, pesawat yang sudah menurunkan rodanya itu, dengan ketakutan penuh menyimpan lagi rodanya dan skip Ende! Para penumpang dibawa menuju Kupang! Oalah... *tepuk jidad*

Bis Ende ke Moni saya batalkan.
Travel Moni ke Maumere saya batalkan.
Bis Maumere ke Larantuka saya tahan dulu :p

Jadi begitulah, Acie yang seharusnya sudah menginjak Ende hari Selasa, 19 April 2011 terpaksa diundur hingga Rabu, 20 April 2011. Itupun setelah nyaris tiga kali boarding-lantas-dibatalkan-lagi. Thanks God, akhirnya tomet saya yang satu ini tiba juga. Menjemput Acie setelah pesawat mendarat, jejeritan berdua di bandara, and then saya memboncengnya dengan motor menuju warung makan. Belum juga makan, tepatnya sih brunch karena sudah pukul 10.00 Wita, mendadak supir movil travel menelepon. Oke lah! Buru-buru makan dan pergi ke rumah saya. Baru juga tiba di rumah, tau-tau... DIIIIIN DIIIINNNN! The travel-car is coming.

Saatnya berangkat!!!

Keuntungan kami waktu itu adalah mobil travel-nya langsung berangkat menuju Maumere, tidak menunggu penumpang lain lagi. Sial benar nasib Rudi (teman saya yang lain, yang menggunakan jasa travel lain), dia dijemput pukul 09.00 Wita, tapi mobil travel itu belum juga berangkat hingga kami tiba Wolowaru. Rudi memutuskan untuk turun dan pulang *saking jengkelnya* haha.

Lanjuuuuut... seharusnya dari Ende, kami mampir Moni dulu untuk pergi ke Kelimutu, setelahnya perjalanan dilanjutkan ke Maumere dan Larantuka. Tapi karena ada pergeseran hari dan waktu, terpaksa Moni di-skip dulu. Di Wolowaru orang se-mobil nggak ada yang mau mampir lunch atau istirahat *hah! nyiksa gue itu, tau! :p* melajulah kami menuju Kota Maumere.

Tiba di Kota Maumere sekitar pukul 14.30 Wita saya segera menghubungi Gina. Gina lah yang memesan bis Maumere - Larantuka. Oh la la... nomor supir bis yang Gina hubungi kemarin-kemarin itu ternyata TIDAK BISA DIHUBUNGI lagi! Aduh, kalo dibiarkan, bisa-bisa Kamis baru berangkat ke Larantuka sementara kami merasa timing-nya tidak tepat untuk stay di Maumere. Well, pergilah saya dan Acie ke kompleks pertokoan Maumere. Untungnya ini Paskah. Banyak bis yang biasanya narik Maumere - Larantuka cuma pagi hari, bersiap narik untuk kedua kali. Yipieee! Kami memesan seat (cieee) untuk dua  orang, duduk depan samping pak supir. Kalo di belakang mah... nyiksa batin hehe.

Intermezo; keuntungan Acie sebagai orang Palembang adalah fisiknya, terkhusus wajahnya, yang mirip-mirip orang Asia Tengah hahaha. Setelah negosiasi tiba-tiba ada yang nyeletuk, "Jepang kah? JEPANG?"

Aaaah ada-ada saja. Saya balas dengan, "Vietnam, om! Bukan Jepang!"

Ha ha ha ha.

Pukul 17.30 Wita kami dijemput bis Virgo.
Jam 21.00 Wita si Virgo bergerak keluar Maumere.
Bah!

Baru kali ini saya naik bis lintas Kabupaten di Flores. Biasanya sih travel (mobil). Ternyata asyik sekali. Apalagi kalo sudah dapat PW :p hehehe. Duduk di depan berdua, ngedengerin omelan ibu-ibu di belakang, sahut-sahutan sama supir, berhenti di tengah jalan karena ada bis mogok gegara kelebihan muatan, moto-moto bokong para pria pendorong bis, menggedor rumah makan di Boru (tempat perhentian untuk makan dan istirahat antara Maumere - Larantuka), dilayani dengan sungguh oleh supir dan kondektur demi mengharumkan nama Indonesia (khususnya Flores) di mata wisatawan asing gadungan (si bule 'Jepang' Acie), hingga keliling Larantuka tengah malam secara supirnya nggak tau alamat rumah om Paul Fernandez. Wah wah wah seru sekali!



Tante Lila (Lili Lamury) menunggu kami di Larantuka. Oia, tante Lila ini tetangga saya paling dekat. Asli orang Larantuka (mulai dari nenek moyang dan orangtua). Di Larantuka kami menginap di rumah om Paul Fernandez, adik ipar tante Lila. Om Paul menikah dengan tante Nona, adik bungsu tante Lila. Walhasil setelah si supir diberi petunjuk langsung lewat telepon oleh tante Lila, tiba juga kami di rumah om Paul. Aaaah lega! Kaget karena banyak anak Ende yang lagi ngobrol di situ. Semalam itu banyak yang masih terjaga; om Paul (tuan rumah), tante Lila (penjemput xixixixi), om Oke Lamury, Xela, Yano, Neo, dan lain-lain. Wow rame!

Kami pun... tepar :D

Day 2 : Kamis, 21 April 2011

Bila Rabu disebut dengan Rabu Trewa, maka hari Kamis ini disebut dengan Kamis Putih. Pagi-pagi sekali tante Lila, Lian, Mega dan orang rumah pergi ke gereja. Mereka mengenakan atasan berwarna putih. Saya dan Acie dipertemukan dengan saudari-saudari om Paul lainnya. Wah, terima kasih tante-tante begitu baik hati!

*terharu*

Di hari ini saya dan Acie bersama Yano dan Neo, memutuskan untuk jalan-jalan ke taman kota, pelabuhan, pasar dan gereja Kathedral. Panoramanya, lautnya yang biruuuu, langitnya yang ceraaaah, orang-orangnya yang ramah, bikin betah deh!




Patung Mater Dolorosa.

Sorenya kami berleha-leha di taman kota dan akhirnya mengunjungi kapela, rumahnya Tuan Ma. Hari ini umat Katolik sudah memulai prosesi; mencium Tuan Ma dan Tuan Ana. Tuan Ma dan Tuan Ana berada pada kapela yang berbeda.

Day 3 : Jumad, 22 April 2011

Inilah yang disebut dengan Jumad Agung! Hari ini para peziarah membanjiri Larantuka seperti semut merubungi gula. Hari ini adalah hari kematian Yesus. Hari Yesus disalib. Pada hari ini nyata sekali kelihatan begitu banyaknya manusia! Beribu-ribu orang memadati areal Pohon Sirih. Pohon Sirih ini menurut saya adalah tengah kota; pusat prosesi Paskah berlangsung. Jadi bisa kalian bayangkan begitu mudahnya akses saya dan Acie dari rumah om Paul ke beberapa tempat wajib prosesi Paskah.

Pada Jumad Agung ini ada beberapa prosesi besar selain mencium Tuan Ma dan Tuan Ana.

Yang terjadi di setiap kapela adalah patung Yesus disalib, diarak menuju tahta yang letaknya di depan kapela.

Berikutnya, pas menjelang siang; namanya Prosesi Laut. Di sini Tuan Menino (info dari tante Lila; Raja Larantuka) dijemput di tepi pantai, dekat taman kota, diarak dari Hure (maaf kalau salah menulis nama). Tuan Menino disambut ribuan orang dan diarak menuju tahtanya di Pohon Sirih Atas. Khidmat sekali!



Setelah Tuan Menino diantar ke tahtanya, berikutnya Tuan Ma dijunjung, dikeluarkan dari kapelanya menuju gereja Kathedral. Sangat khidmat!



Malam hari adalah prosesi; perayaan puncak. Jum'at Agung! Semua masyarakat mengikuti Misa di Gereja Kathedral. Lantas iring-iringan jalan salib mulai dibentuk. Mulai dari kelompok 1, 2, 3... dilanjutkan dengan Tuan Ana, lantas Tuan Ma, baru kemudian kelompok-kelompok masyarakt berikutnya.

Betapa menyentuh hati saya dan saya sendiri berkaca-kaca saking bangganya pada toleransi umat beragama yang begitu tinggi di Flores, di NTT ini! Para penjaga pintu dan pagar betis di Kathedral adalah para remaja Islam dengan jilbab dan kopiahnya. Sebagai seorang Muslim, saya bangga pada semua itu!

Saya sendiri juga membeli lilin dan mengikuti proses jalan salib yang begitu sahdu, khidmat, menyentuh. Tapi sayang, saya tidak kuat. Bersama Xela, saya keluar barisan untuk pulang ke rumah.

Dari Pohon Sirih Atas, saya pulang dan lanjut ke Pohon Sirih Bawah, masih sempat menyaksikan berjalannya Jalan Salib. Termasuk menyaksikan Lakademu dengan pakaian khasnya.
Pukul 12 saya pulang untuk beristirahat karena besok pagi kami harus menyebrang ke Pulau Adonara!

Day 4 : Sabtu, 23 April 2011

Ini hari terakhir kami di Larantuka. Dalam itinerary, hari ini kami menuju Pulau Adonara! Janjian kami ke Adonara bersama Ma An Mudamakin. Sms dan telepon, akhirnya ketemu juga. Sudah senang sih naik perahu motor dengan atap terbuka agar puas menikmati panorama... eh... kami naik perahu motor yang salah! Hahahaha. Perahu itu menuju Lembata euy! Sial sekali :p turun dengan teratur, untung masih ada 1 perahu motor bertingkat yang memang tujuannya Waiwerang, Pulau Adonara. Yipieee! Meskipun kami seperti terpenjara karena atap tertutup, tapi tak apa lah yang penting tiba di Adonara.

Tiket KM Trisakti ini adalah 15.000/orang. Murah! Perjalanannya memakan waktu sekitar 1,5 jam. Ini dikarenakan pelabuhan besar Waiwerang terletak di bagian timur Adonara. Bila dari pelabuhan Larantuka, letak Waiwerang disebut "di balik pulau".

Di Adonara, Ma An sudah menghubungi temannya yang bernama Umar. Kami menyewa pickup Umar untuk meng-explore Adonara. Waiwerang berada di Adonara Timur. Nah dengan pickup kami membelah pulau ini menuju Adonara Barat. Dari bagian barat Pulau Adonara, nantinya kami hanya menyebrang dengan waktu sekitar 5 menit saja menuju Larantuka. Yipieee!

Umar tergolong guide yang baik dan fasih. Sebelum kami pergi ke kampung halaman orangtua Ma An, kami diantar menuju sebuah pantai pasir putih yang exotic dan kami yakin orang luar mungkin baru kami saja yang pernah menginjak pantai ini. Haha *narsis*

Nama tempat wisata ini adalah : Lokasi Wisata Bahari NEREN - WATOTENA. Dibuka pada hari Minggu dan hari libur.

Dari pantai pasir putih kami diantar menuju pantai pasir warnawarni. Setelah itu makan siang di rumah kakaknya Ma An, hehe. Waktu kami tanya soal rumah makan, Ma An cuma bisa bilang, "mana ada warung di Adonara?"

Terima kasih Ma An, Umar, dan keluarga Mudamakin yang sudah sangat baik pada kami heheh.

Bersama pickup milik Umar, kami membelah Adonara, duduk di belakang bak, menikmati jadi tentara Vietman wkwkwkwkw. Jalanan ada yang mulus, ada yang off-road. Wow, what a wonderful day! Hari yang sempurna di mana langit begitu biru, tanaman begitu hijau, tanah begitu coklat dan awan begitu putih.

Tiba di Tana Mera, kami pun nyebrang ke Larantuka. Kali ini nyebrangnya pake perahu motor kecil yang juga memuat sepeda motor *lucu tenan* dan cuma memakan waktu 5 menit-an. Wah wah wah... lega!

Begitu tiba di Larantuka, kami langsung menyewa ojek and say goodbye to Ma An dan Umar. Tiba di rumah om Paul kami diajak makan siang dan tau-tau travel yang kami carter (thanks Yano, Neo dan Xela yang sudah mengurusinya) sudah datang menjemput. Woooow!

Cipika cipiki, saatnya berangkat menuju Maumere, gan!

Perjalanan menuju Maumere saat sore hari menyuguhkan pemandangan yang romantis plus mistis hehe. Gunung Ile Mandiri di kejauhan lantas sunset. Aaaah... siapa yang bisa menolak pesonanya? Saya yang terkantuk-kantuk pun masih sempat buka mata buat jepret sunset di Larantuka. Hehe.

Tiba Maumere pukul 20.00 Wita. Perjalanan yang lumayan cepat secara kami tidak mampir istirahat di Boru.

Di Maumere Acie pengen nyuci-nyuci yang diaminkan oleh saya :D maklum pakaian kotor ini tabu juga kalo dibawa pulang hahahah. Bocoran ; sebetulnya kami memang tidak terbiasa membawa selemari pakaian bila bepergian hahaha.

Day 5 : Minggu, 24 April 2011

Hari ini adalah hari meng-explore Maumere! Saya sudah menjanjikan banyak hal pada Acie hehehe. Yang menyenangkan adalah pagi-pagi sekali Mama Indra (ya, kakak ipar saya) sudah ke pasar dan memanggang ikan segar untuk kami semua se-rumah. Ada Ilham, Christian dan Deddy hihi. Keren deh pokoknya sarapan ikan bakar. Belum lagi sambalnya yang nyumi. After breakfast, rencana kami akan memakai motor Mama Indra untuk keliling Maumere. Tapi nasib kami selalu baik :D Ilham juga mau jalan-jalan dan pergilah kami naik mobil. Thanks God.

Dari kota, kami berencana pergi ke Pantai Gading, tapi lebih dulu pergi ke daerah Tanjung yang exotic itu. Di Tanjung, ada sebuah bukit yang ada Salib Putih-nya ditanam di sana. Acie, Tika dan Ilham naik ke sana, saya sih memilih untuk duduk-duduk di pinggir jalan menikmati suasana Tanjung yang asri. Setelah dari Tanjung, puas foto-foto, kami berbalik arah kembali ke Pantai Gading. Tapi ternyata di sana tidak ada penjaganya. Entah sedang pergi ke mana. Walhasil kami memutuskan untuk pergi ke Sea World (berlawanan arah dari Pantai Gading) saja! Sea World, bersebelahan dengan Pantai Waiara, Sa'o Wisata, Maumere.

Lautnya tenang, jernih, seperti kolam hehehe. Sayangnya kami tidak mandi-mandi di Sea World secara jam 2 sudah mau bergerak menuju Moni. So, puas foto-foto kami memutuskan untuk pulang.

Selesai makan siang dan ngobrol-ngoborl, travel datang menjemput. Waaaa Ninja Hatori tak punya banyak waktu untuk berleha-leha hehehe. Berangkatlah kami menuju Moni, menginap di Flores Sare Hotel.

Besok kami punya rencana mendaki gunung Kelimutu.

Day 6 : Senin, 26 April 2011

Pukul 4 subuh bangun, pukul 4.30 diangkut 2 motor ojek menuju parkiran Kelimutu National Park. Perjalanannya seru secara si bapak yang mengojeki saya ini masih rada-rasa gugup ditambah kabut tebal se-mata-kaki. Haha. Perbuatan nekat! Masih untung nggak masuk jurang heheh.

Pukul 5 am, kami pun naik. Beruntung Acie membawa senter-kepalanya (hahaha saya menamainya begitu). Jalanan yang becek, menanjak, berlumpur, cukuplah menguji kesabaran saya :p Untungnya banyak banget orang yang berlomba-lomba mencapai puncak Kelimutu ini. Parkirannya saja sampai penuh!

Sayang disayang perjuangan kami dan niat Acie untuk mendapat sunrise terbaik tidak terwujud karena MENDUNG, KABUT dan GELAP. Hahaha. Sempat ngeteh dan makan nasi bungkus, Acie mengajak turun. Tiba di bawah, kami langsung diantar ke pasar Moni. Mencari spot dan sudut yang bagus buat moto-moto dan berburu selendang, saya dan Acie lantas berjalan kaki menuju Flores Sare Hotel. Jaraknya nggak seberapa jauh kok.

Setelah sarapan dan packing-packing, menyelesaikan urusan adminsitrasi, kami pun memutuskan untuk pulang ke Ende.

You know what? Ada 2 pilihan; naik bis atau ojek. Bukan Ninja Hatori namanya kalo tidak memilih yang beresiko hehe. Ojek adalah pilihan kami. Menyenangkan karena bisa berhenti kapan saja untuk menjepret spot bagus. Saya membonceng Acie dan 2 pria pemilik motor itu saling membonceng di motor lainnya. Hahahaha... what a day!

Tiba di Ende, perjalanan belum berakhir! Saya mengajak Acie ke pasar tenun ikat khas Ende, ke toko Cendana, memotret bukit-bukit di km.13, dan makan siang di rumah kakak saya; Kk Didi & Kk Ninik. Makasih untuk makan siang yang lezat dan kayu cendananya! Hehe. Sempat fotoin Acie pake pakaian adat Ende; Lawo-Lambu.
Setelah makan siang, kami keliling kota; ke kampus Uniflor, ke Nangaba, ke Pantai Ria. Kebetulan lapar lagi, kebetulan kakak saya; Kk nani, mengajak makan ikan bakar di Pantai Ria. Hajar aja lah hehehe.

Acie sempat foto-foto anak-anak yang main di pantai dan sunsetnya. Syukurlah. Bagi saya, kalo Acie puas, saya juga senang hehehe. Kan kasian kalo tamunya kecewa :D

Malamnya teman-teman pada ngumpul di rumah. Syukurnya Acie bertemu Ruztam, teman sekolah saya yang punya Nirvana Bungalow di Riung. Acie temenan sama Ruztam juga dalam kunjungannya ke Flores bagian barat beberapa tahun lalu. Dunia ini memang sempit ya; Loe Lagi, Loe Lagi :p

Day 7 : Selasa, 27 April 2011

Pagi-pagi pukul 5 Acie sudah bangun dan bersiap. Saya menyusulnya jam 6, sekalian bersiap untuk ngantor. Lantas dengan motor (lagi-lagi) saya mengantar Acie untuk check-in di Bandara. Setelah urusan check-in selesai, kami mencari sarapan. Nasi Kuning jalan A.Yani yang jadi pilihan. Hmmm nyumi :D

Pesawat yang mengantar Acie menuju Denpasar finally berangkat pukul 7.30 am. Melihatnya berjalan ke arah pesawat (tepatnya saya tertunduk dan mengangkat wajah setelah Acie nyaris naik pesawat!), membuat saya sedih. Kapan kami akan bertemu lagi? Kapan Ninja Hatori beraksi lagi? :D heheheh. Hope soon lah!

Well, perjalanan yang panjang. Ini baru garis besarnya saja lho hehe. Saya akan memisahkan lagi tulisan ini menjadi beberapa bagian yang tentunya lebih dalam... lebih banyak informasinya... *yang mau pingsan, silahkan :p*

Beberapa fakta tentang destinasi, waktu tempuh dan biaya akan dimuat dalam postingan lain.

Salam Ninja Hatori!!!!



Wassalam.

Komentar

  1. Hallo,

    Saya menemukan blog kamu ini karena saya dan suami berencana ingin mengunjungi Larantuka juga saat paskah bulan Maret nanti, sayangnya semua akomodasi di sana telah penuh :(
    Walaupun demikian kami tetap akan kesana :)

    ps:
    Btw, saya dan suami tinggal di Belgia, jika kamu ada info mengenai rumah2 penduduk di Larantuka yang bersedia menerima tamu walaupun kamar seadanya, saya bersedia bangeth untuk ijin tinggal, tentunya akan saya bayar per malam nya sebagai ucapan terima kasih.

    please advice yah, terima kasih.

    Salam,
    www.jalan2liburan.com

    BalasHapus
  2. Bisa, kakak. Silahkan saja datang ke Larantuka karena di sana saat Paskah semua rumah penduduk terbuka untuk siapa pun tamu yang datang...

    BalasHapus
  3. o ya ? gimana cuaca disana saat bulan Maret biasanya ?

    BalasHapus

Posting Komentar

Untuk pertanyaan penting dengan respon cepat, silahkan hubungi nomor WA 085239014948 (Chat Only!)