The Gold and The Geautiful


The Gold and The Geautiful. Begitulah kondisinya ketika Negara Api menyerang. Itu seloroh Raiz Muhammad yang saya sebut si empunya Kota Mbay. Empu lainnya bernama Novi Azizah. Haha. Keduanya sama-sama anak muda bersemangat tinggi yang ingin membangun daerah mereka dengan caranya masing-masing. Saya bangga mengenal Novi dan Raiz. Dalam hati saya berdoa agar Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan kebaikan pada mereka berdua, agar lebih banyak perubahan yang dapat mereka lakukan lewat langkah-langkah kecil. Kecil, tapi sangat berarti. Kecil, yang kemudian dapat menjadi besar.

Sabtu kemarin, 27 Juli 2019, kami bertemu di rumah Novi saat saya dan Anto Ngga'a menjalankan tugas meliput kegiatan KKN-PPM di Desa Ngegedhawe, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo. Desa Ngegedhawe terletak di Jalan Trans Mbay - Aigela, masih sekitar dua belas kilometer lagi sebelum mencapai Kota Mbay.

Juga Asyik Dibaca: Gara-Gara Fisik Batal Mendaki Watunariwowo


Kalau kalian jeli, atau sering main ke blog ini, pasti sering menemukan tulisan tentang Kabupaten Nagekeo, dalam perjalanan pribadi maupun karena tugas kantor. Selain bunga-bunga pohon gamal yang bikin saya seperti berada di Jepang, perbukitan atau sabana di kabupaten muda ini juga bikin perasaan tak menentu. Ibarat bertemu calon suami di pelaminan. Halaaah. Haha. Sulit untuk mengungkapkan perasaan saya setiap kali melihat perbukitan atau sabana di Kabupaten Nagekeo. Seperti memasuki dunia lain.


Di atas, foto pada Bulan Februari 2019, perbukitannya terlihat hijau menggoda. Menggoda pengendara sepeda motor seperti saya untuk turun dan mengabadikan. Ya, ada tiga warna yang bisa kalian temui ketika berkunjung ke Kota Mbay yaitu hijau, kuning emas, dan hitam. Ketiga warna itu menghiasi perbukitan yang ditemui sepanjang jalan menuju Kota Mbay, tergantung musim atau bulan apa kalian ke sana. Hijau di awal tahun, kuning emas di pertengahan tahun, lalu ada hiasan warna hitam ketika lahan dibakar agar menjadi lebih subur.

The Gold and The Geautiful


Hijau yang menggoda itu berubah menjadi kuning emas yang lebih menggoda iman pada perjalanan Sabtu kemarin.


Informasi dari Novi Azizah, bukit tempat kami berfoto-foto ini, sekitar tiga kilometer sebelum memasuki cabang menuju Kota Mbay, bernama Bukit Roe. Selama ini hanya melintasinya saja, berkali-kali, tanpa berhenti sekali pun. Kemarin, waktu Anto Ngga'a berhenti di situ dan mendaki ke bukitnya, saya sempat was-was. Wah, bisa-bisa saya tidak mendaki ke puncak ini. Ternyata, cuma satu menit mendaki sudah sampai. Mungkin benar, kalau tidak dicoba, tidak bakal tahu kemampuan sendiri. Hahaha. Tapi kasus ini berbeda dengan saat kami ke Bukit Watunariwowo di Kabupaten Ngada ya. Jelaaaas. Beda! *ditimpuk dinosaurus*.


Dari puncak Bukit Roe ini pemandangan yang ditawarkan itu (berputar) 360 dejarat. Semua penjuru mata angin menawarkan pemandangan yang spektakuler. Mulai dari lanskap Kota Mbay yang datar, jalan raya yang seperti aliran sungai dengan kendaraan yang melintas, hingga perbukitan seberang yang tak kalah menarik dengan warna kuning emas yang sama. Paket komplit.

Karena warna kuning emas inilah saya memberi judul The Gold and The Geautiful, supaya sama-sama huruf G-nya saja sih. Haha.

Makan Siang dan Obrolan Seru


Meskipun ditugaskan di Desa Ngegedhawe yang berjarak dua belas kilometer dari Kota Mbay, tetap saja kami makan siang di Kota Mbay tepatnya di rumah Novi Azizah, ditemani Raiz Muhammad. Lebih banyak lokasi wisata yang ditawarkan oleh keduanya. Bahkan, kami diajak camping jika menyempatkan diri untuk menginap di Kota Mbay. Next time, I will! Tentu saja, banyak festival yang akan digelar di Kota Mbay sebagai pusat dari Kabupaten Nagekeo, termasuk festival daging domba. Jadwalnya akan saya bocorkan pada kalian kalau sudah ada informasi dari Novi dan Raiz.

Sayang banget kan kami tidak menginap. Ya itu tadi ... lain kali harus menyiapkan waktu khusus, cuti barangkali, agar bisa menikmati lumpur di sawah milik keluarga Novi. Mama si Novi sampai ketawa mendengar rencana-rencana itu. Turun ke sawah, 'bermain' lumpur, ikutan panen, kemudian camping, ikutan festival ini itu, hidup memang harus dirayakan!

Kabupaten Nagekeo menawarkan berjuta pesona yang sulit diabaikan!

Setelah makan siang dan obrolan yang seru, kami sempat ke Towak untuk bertemu dua keponakan saya, dan melihat proses pembangunan rumah mereka. Ndilalah, saya malah dapat oleh-oleh daging domba yang sudah dimasak sup. Asyik!

Juga Asyik Dibaca: Sekilas Mirip Sakura, Namanya Pohon Gamal



Akhirnya kami harus pulang mengingat waktu yang semakin senja. Setelah foto-foto di Bukit Roe, kami tidak mampir lagi di Aegela. Tancap gas menuju Kota Ende. Setidaknya kalian jadi punya bayangan kalau ingin menikmati The Gold and The Geautiful, datanglah di pertengahan tahun!

Happy Traveling!



Cheers.

Komentar

Posting Komentar

Untuk pertanyaan penting dengan respon cepat, silahkan hubungi nomor WA 085239014948 (Chat Only!)