Adalah hubungan yang sangat erat antara traveling dan kuliner. Ketika kita traveling ke tempat-tempat yang jauh, rugi rasanya bila tidak mengenal kebudayaan setempat dan kulinernya. Jakarta, tempat limpahan makanan berderet persis umbul-umbul di depan rumah. Begitu banyak kuliner yang bisa diulik di ibukota ini.
November 2012 saya mengajukan ijin cuti pada atasan dan langsung disetujui. Sudah saatnya mengambil cuti karena sudah setahun lebih bekerja hahaha. Cuti ini sebenarya sekalian mengikuti kegiatan-kegiatan onliners dan blogger. Hemat saya, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.
2 November 2012 adalah hari bebas. Setelah sehari sebelumnya
sibuk mengikuti kegiatan ID Internet Governance Forum di Hotel Borobudur,
akhirnya bisa memuaskan hasrat kopdar. Hehe. Kopdar kan hasrat juga. Pagi-pagi
udah bangun dan sarapan di Amaris (hotel). Sarapannya saya pilih mie goreng.
Eh, itu mie goreng enak banget, kayak mie goreng buatannya kakak Niniek di
Ende. Habis sarapan, masih leha-leha, ketemu sama mas Anggarasuwahju. Sedikit
bercerita tentang ini dan itu. Mas Anggara juga nyaranin saya ke Museum Sumpah
Pemuda dan Museum Stovia yang letaknya tidak jauh dari Amaris. Tapi karena saya
adalah manusia pemalas dan mesti packing lagi, langkah ke museum tertunda.
*maaf kalau banyak yang jengkel saya kok jalan-jalan terus ya?*
Sekitar pukul 10.00 saya kembali ke Tebet bersama Frenavit
*lirik adek* beserta Frans Kobepa (dari Papua), Muda (dari Aceh), mas MT (dari
Bogor). Tiba di Tebet, rumah Internetsehat, langsung aja ngebakso! Haha!
Maklum, tiap Jumat menjelang Jumatan di depan rumah Internetsehat itu seperti
surga. Banyak gerobak makanan, banyak pula makhluk manisnya. Aish, perut
kenyang, batin puas, segalanya menjadi indah. Saking indahnya saya tidur siang
dengan gembira dan nyaris kebablasan! Iya, pukul 16.00 kan ada janji sama Ika
Soewardji. Kita mau kopdar, makan-makan di Bamboo Dimsum, masih di Tebet juga. Segera
hubungi Ika… Alhamdulillah Ika siap menunggu. Nah, melihat Frans dan Muda yang
nganga aja di rumah saya ajak mereka sekalian.
Dari rumah ke Stasiun Tebet sih bisa naik angkot, taxi atau
ojeg. Mbak Dewi dan Frenavit juga nyaranin naik taxi. Tapi nunggu taxi lama
pun! Walhasil saya cegat aja bajaj yang lewat. Haha. Ternyata Frans dan Muda
belum pernah naik bajaj dan saya adalah orang yang telah meracuni mereka untuk
naik transportasi terberisik sedunia itu *nyengir* Kemudian masalah timbul.
Kita turun di Stasiun Tebet dan tidak tahu pasti letak Bamboo Dimsum! Jalan ke
sana, jalan ke sini, pada salah semua. Akhirnya dengan penuh kesabaran Ika
datang menjemput. Uwoooh! Saya kaget lihat Ika! Beberapa bulan lalu ketemu Ika
di Ende kan kulitnya gosong tuh akibat traveling eh ini malah kinclong abis.
Hihi. Lebih kaget lagi waktu kita jalan kaki menuju lokasi makan di tengah
jalan ketemu Yunaidi Juput! Oiiih, tambah ganteng aja adik saya yang satu ini
*ehem* hahahaha.
Barengan ke Bamboo Dimsum. Tiba dua menit sebelum tempat itu
dibuka. Tapi di depannya udah ngantri begitu banyak orang. Tempat ini memang
boleh jadi idola karena sistemnya yang all-you-can-eat,
all-you-can-drink-kecuali-isi-kulkas hehe. Perkaranya adalah saya paling tidak
nyaman makan menggunakan sumpit. Sangat bukan saya. Sejak dulu hingga kini
sumpit memang bikin saya ilfil meski kalau makan Chitato kadang saya gaya pakai
sumpit agar jemari tidak dilengketi bumbu. Tapi namanya makanan aneka siomay,
sejenis bakpao, gorengan, roti, pisang keju, bikin kegalauan bersama sumpit
dapat ditepis dengan riang gembira.
Di meja kami duduk begitu banyak kultur! Apalagi begitu si
Adhadhi alias Hadi nongol. Uwoooh. Muda dari Aceh, Yudi dari Pekanbaru, Adhi
dari Bandung, Ika dari Jawa, saya dari NTT, Frans dari Papua. Coba hitung,
banyak kultur kan? Dan di mana-mana yang namanya petualang dan blogger itu
memang gila. Cepat nyambung dan cepat memahami hehehe. Meja kami itu paling
rame, paling heboh, paling banyak cerita! Makanan berdatangan seperti banjir
(mbak Dewi, kami kalap!) dan topik bergulir seperti kereta : traveling, daerah
masing-masing, bahasa, istilah, budaya, tenunan, kerjaan, momen penting, Bromo
dan Rinjani, keberuntungan ikutan kompetisi atau lomba, merubah nama blog
masing-masing dengan istilah unik, sampai dengan cinta. Ah cinta mah universal.
Yang paling di-noted dari kopdar ini adalah Kuntilanak. Iya, ternyata
Kuntilanak merupakan Hantu Universal *ngakak tebanting*.
Di Bamboo Dimsum ide saya untuk menonton Skyfall disambut
dengan tangan terbuka. Ika menyarankan kita nonton di Kota Kasablanka, sebuah
plaza yang baru diresmikan tiga hari sebelumnya. Asyik nih. Sayangnya Yudi dan
Hadi tidak bisa ikut karena punya jadwal lain. Begitu deh orang penting hahaha.
Dari Tebet ke Kota Kasablanka naik angkot sekali. Nyari-nyari XXI akhirnya
ketemu juga. Skyfall baru dimulai pukul 21.15 jadi masih ada waktu 30 menit
buat cuci mata. Ternyata cuci mata bergeser menjadi cuci dompet karena
barang-barang unik sulit untuk saya lewatkan apalagi yang berwarna kuning.
Untungnya saya hanya bawa satu backpack sehingga otak saya masih bisa
mengingatkan mau disimpan di mana kalau membeli terlalu banyak barang? Tapi ya
kapan lagi bisa mendapatkan barang unik a la Jepun ini? Memang sih mau ke Jogja
tapi mumpung sudah di depan mata dan harganya masuk akal ya dibeli saja kali
yah, yang penting jangan banyak-banyak.
Pukul 21.05 kami pun masuk ke studio (saya lupa studio berapa
itu… 1 atau 3) dan agak sial karena kebagian tiket di deretan kedua dari depan.
Gila aja deh hahaha. Meski agak terganggu dengan posisi duduk di dekat layar
begitu, batin saya seperti disiram air manisan begitu melihat DANIEL CRAIG di
layar! My God, terima kasih yaaaa sudah boleh melihat dia lagi di aksi terbaru
serial James Bond. Hehe. Yang paling lucu saat menonton Skyfall adalah istilah
celetukan yang dilontarkan Frans. Mulai dari ‘keras juga ini orang’ atau
‘perempuan ini bodynya binaraga’ dan lain-lain. Haha. Dunia memang penuh warna!
Skyfall sendiri merupakan film yang menurut saya penuh balas
dendam, penuh nilai masa lalu, penuh nilai kepercayaan, penuh ketegasan. Mantan
agen MI6 yaitu Silva merencanakan balas dendamnya sama M dengan rapi. Sangat
rapi sehingga kadang dalam aksi Bond justru merupakan bagian dari rencana
tersebut. Keren ya. Paling keren openingnya, berbeda dari film-film Bond yang
lalu. Apa saja yang menggelitik saya di film ini? Pertama : ceweknya Bond yang
tidak terlalu seksi dan tidak terlalu menonjolkan dunia-cewek-Bond. Kedua :
cewek Si Silva, seksi sih, mainnya kurang total. Ketiga adalah M. Bagi kalian
pecinta Judi Dench, di Skyfall ini Si M meninggal dunia. Sedih banget karena
M-yang-Judi-Dench sudah menjadi M sebegitu lamanya. M kemudian digantikan oleh
Mallory, seorang laki-laki. Keempat : Q. Bagaimana Q ini sekarang sosoknya
lebih muda dan lebih gimanaaa gitu. Kesimpulan pribadi Skyfall sangat
direkomendasikan untuk ditonton *ya iyalah!* haha. Dan kesimpulan saya
berikutnya serial 007 atau Bond berikutnya masih diperanin sama Daniel Craig.
Maunya!
Pulang dari Kota Kasablanka sudah pukul 00.00 tuh. Naik taxi
Si Ika mengantar kami terlebih dahulu ke Tebet baru pulang ke rumahnya.
Well, terima kasih Ika untuk sore dan malam yang indah.
Semoga kapan-kapan kita ketemu lagi. Insya Allah di Kupang dalam Festival
Sasando! Yuhuuuu *jingkrak-jingkrak*. Dan buat Yudi, ditunggu kedatangannya ke
Ende. Insya Allah.
Mau ke mana lagi saya setelah Jakarta? Cuti kali ini memang
wajib jalan-jalan kan yaaa hehe. Berikutnya Jogja! Tunggu cerita saya tentang
Jogja (lagi) :D
Wassalam.
Aku ngga diajak. :) ngiri dan cemburu berat!
BalasHapusWaktu itu kan dirimu sudah pulang, say :P hahahaha... akhirnya kami bertiga menikmati sore hingga malam itu dengan hal yang seru-seru pokoknya! :D
BalasHapus